Bagaimana Teknologi Ballast Kapal Selam Diciptakan?
Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2016-2019 Arcandra Tahar menjelaskan asal mula penciptaan teknologi ballast dari kapal selam untuk anjungan lepas pantai.
Nasional
JAKARTA – Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2016-2019 Arcandra Tahar menjelaskan asal mula penciptaan teknologi ballast dari kapal selam untuk anjungan lepas pantai.
Mengutip akun resmi Instagram @arcandra.tahar pada Senin, 26 April 2021 inventor teknologi eksplorasi dan produksi migas dari Amerika Serikat Ed Horton ingin menciptakan generasi ketiga dari teknologi laut dalam dari jenis Spar. Upaya tersebut diketahui dilakukan pada medio 2003 dan 2004.
“Sebelumnya, generasi pertama dari teknologi ini dinamakan dengan Classic Spar. Dan generasi kedua adalah Truss Spar,” tulis Arcandra.
Sebagai inventor, lanjutnya, Ed Horton sudah banyak menciptakan offshore platform untuk eksplorasi dan produksi migas. Tension Leg Platform (TLP) dan Spar adalah dua contoh karyanya yang kini digunakan untuk memproduksi migas dari laut dalam. Trutama di Teluk Meksiko (AS) dan di Laut Utara.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Sementara untuk Asia, TLP dipakai di lapangan Chevron West Seno di Selat Makassar. Kemudian, dia menambahkan, Truss Spar di lapangan Murphy Kikeh, Sabah/Serawak Malaysia.
Arcandra mengatakan, teknologi TLP terbukti bisa dipakai untuk kedalaman laut hingga 1500 meter. Berbeda dengan teknologi Spar yang mencapai 2.300 meter.
Ballast system sendiri adalah tangka-tangki di dalam benda apung, seperti kapal laut yang diisi oleh pemberat berupa air atau material lain. Hal ini berfungsi untuk menjaga kestabilan dari benda apung tersebut.
Perbedaan teknologi ballast kapal selam dengan kapal laut
Lantas, apa yang membedakan teknologi ballast kapal selam dengan kapal laut?
Untuk kapal laut, kata Arcandra, pompa dipakai untuk memindahkan air dari dan ke tangki ballast. Sementara di kapal selam menggunakan compressor yang memberikan tekanan udara kepada tangki ballast untuk memasukkan atau mengeluarkan air.
Perbedaan lain, kata dia, terdapat pada kapal laut tangki ballast harus kedap air. Untuk kapal selam, lanjut dia, tangki ballast sengaja dilubangi agar air dapat keluar masuk secara cepat.
Keunggulan dari ballast system ini, yakni lebih sederhana karena tidak banyak pipa yang terlibat.
“Cukup dengan mengontrol satu pipa udara yang bertekanan untuk masing masing tangki” ujarnya.
Kedua, lebih responsif karena keluar masuknya air bisa lebih cepat. Selain itu juga lebih aman karena lubang di tanki ballast menekan potensi kebocoran.
Dengan berbagai spesfifikasi tersebut, Ed Horton kemudian mencipatakan Spar generasi ketiga bernama Cell Spar.
Dengan memanfaatkan teknologi cellular untuk hull atau badan platform, menurut Arcandra, ballast system dari kapal selam bisa diterapkan pada 2004. Cell Spar pertama ketika itu lahir saat digunakan di lapangan Red Hwak di Gulf of Mexico dengan operator Anadarko. (RCS)