Hutan Amazon
Industri

Bahas Pengurangan Emisi Karbon, Norwegia Kunjungi Pusat Rehabilitasi Mangrove Indonesia

  • kedatangan Menteri Espen Barth Eide dalam rangka kerja sama baru Norwegia dan Indonesia dalam bidang iklim dan lingkungan khususnya Reducing Emission from Deforestration and Forest Degradation (REDD+).
Industri
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA -Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya menerima kunjungan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Espen Barth Eide di lokasi rehabilitasi mangrove Teluk Balikpapan.

Menurut Siti, kedatangan Menteri Espen Barth Eide dalam rangka kerja sama baru Norwegia dan Indonesia dalam bidang iklim dan lingkungan khususnya Reducing Emission from Deforestration and Forest Degradation (REDD+).

"Hari ini kita ada di salah satu spot rehabilitasi mangrove yang juga bagian dari upaya kita untuk mengatasi degradasi lahan. Selama di Balikpapan, kita akan berdiskusi tentang rehabilitasi mangrove dan juga tentu tentang Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030," kata Siti dalam laman resmi dikutip Senin, 12 September 2022.

Menteri Espen Barth Eide mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang dinilai fokus dalam agenda penyelamatan lingkungan. FOLU Net Sink 2030 merupakan kondisi dimana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah berimbang atau lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut.

Menteri Espen Barth Eide juga menyampaikan bahwa ekosistem mangrove, serta kawasan hutan pada umumnya memiliki peran yang sangat penting bagi seluruh dunia, sebagai pengendali dampak perubahan iklim dengan menyerap emisi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan mangrove terbesar di dunia. Berdasarkan peta Mangrove Nasional pada tahun 2021, kawasan mangrove di Indonesia mencapai luasan sebesar 3.364.080 juta Ha. 

Luasan tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu mangrove lebat seluas 3.121.240 Ha atau 92,78% dari total luasan, kemudian mangrove sedang seluas 188.366 (5,60%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (1,62%). 

Selain kawasan mangrove existing tersebut, pemerintah juga telah menghitung potensi area mangrove sebesar 756.183 Ha yang terdiri dari area terabrasi 4.129 Ha (0,55%), lahan terbuka 55.889 Ha (7,39%), mangrove terabrasi 8.200 Ha (1,08%), tambak 631.802 Ha (83,55%) dan tanah timbul 56.162 Ha (7,43%).

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling efektif untuk menangkap, menyerap, dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer (blue carbon). Mangrove menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah organik yang membuatnya tetap stabil. (Worthington et al., 2019)

Ekosistem mangrove yang terjaga dengan baik dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari hutan terestrial biasa. Karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3,0 Gton CO2e. Kemudian karbon yang tersimpan di mangrove dan padang lamun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 3,4 Gton CO2e, sekitar 17% dari simpanan blue carbon di dunia