Bahlil Beri Sinyal Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga untuk Freeport dan Amman
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan kemungkinan adanya relaksasi ekspor konsentrat tembaga diajukan kembali yang seharusnya selesai pada 31 Desember 2024.
Energi
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan kemungkinan adanya relaksasi ekspor konsentrat tembaga diajukan kembali yang seharusnya selesai pada 31 Desember 2024.
Menurut Bahlil, adanya keputusan ekspor konsentrat tembaga itu untuk menyesuaikan kemampuan produksi fasilitas pengolahan atau smelter tembaga kedua milik PT Freeport Indonesia (PTFI). Pasalnya smelter Freeport baru bisa 100% produksi di Januari 2025.
"Lihat dulu pabriknya bagaimana, kalau dikatakan belum bisa meng-cover 100% karena ada hal yang bisa dipertanggungjawabkan kita molor mungkin 1-2 bulan," ungkapnya saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah, dikutip Senin, 14 Oktober 2024.
- Kebijakan Cukai Rokok 2025 Dinilai Tepat, Pengamat Dorong Pemerintah Beri Kepastian untuk Tahun Berikutnya
- Menilik Peluang dan Tantangan Sektor Komoditas di Tengah Ketegangan Geopolitik
- Harga Emas 14 Oktober 2024 Turun Tipis
Bahlil mengakui konsentrat tembaga Indonesia memang sudah tidak boleh diekspor lagi. Namun relaksasi ini bertujuan untuk memberi kesempatan bagi perusahaan tambang dalam menyelesaikan proyek pabrik pengolahan dan pemurnian alias smelter.
Relaksasi ini sebelumnya telah diperpanjang hingga 31 Desember mendatang melalui revisi Permendag No. 10 Tahun 2024. Namun, ketentuan ini belum bisa ditegakkan sepenuhnya karena bergantung pada puncak produksi pabrik smelter mereka.
Adapun Freeport menargetkan smelter tersebut baru bisa mencapai tahap produksi dengan kapasitas penuh di akhir tahun 2024. Pemerintah kemudian menyetujui perpanjangan ekspor dari 1 Juni 2024 sampai 31 Desember 2024.
Ketua Umum Partai Golkar ini juga menyebut, potensi adanya perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat lembaga juga berlaku untuk PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang juga baru menyelesaikan konstruksi smelter katoda tembaga di tahun ini.
Meski telah diresmikan kapasitas smelter katoda tembaga harus dinaikkan secara bertahap kata Bahlil, sehingga produksi konsentrat tembaga perusahaan yang tidak bisa terserap harus diekspor supaya tidak mengalami oversupply.
Sayangnya, Bahlil belum bisa menyebutkan kapan kepastian perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat ini disetujui sekaligus jangka waktunya. "Tapi itu yang sedang dihitung untuk arah ke sana masih belum. Kita lagi hitung," tutupnya.
Sekadar informasi, PTFI akan mengekspor sekitar 840 ribu Wet Metric Ton (WMT) konsentrat tembaga sampai Desember 2024, usai mengantongi izin ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda hingga Desember 2024.
Sementara itu, AMNT, anak usaha dari PT Amman Internasional Tbk (AMMN), memperoleh izin ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) berdasarkan surat rekomendasi Surat Persetujuan Ekspor (SPE) yang dikeluarkan Kementerian ESDM.
Kuota ekspor konsentrat yang diperoleh sebanyak 587.330 wet metrik ton (wmt) atau setara 534.000 (dry metrik ton) yang berlaku hingga 31 Desember 2024.