<p>Kolaborasi dua perusahaan Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo Group dipimpin oleh salah satu CEO Gojek, Andre Soelistyo. Pendiri dan CEO Tokopedia, William Tanuwijaya (kanan) masih akan menakhodai startup unicorn e-commerce itu. / Dok. GoTo Group</p>
Pasar Modal

Bakal Listing di BEI, Mengapa GoTo Diminati Investor?

  • Ada beberapa faktor yang membuat IPO GoTo dipandang menarik oleh para pelaku pasar.

Pasar Modal

Merina

Merina

Author

JAKARTA - Segera melantainya emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam gelaran Initial Public Offering (IPO) menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para pelaku pasar modal di Tanah Air.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang membuat IPO GoTo dipandang menarik oleh para investor.

"Memang kalau kita lihat investor itu berpikir kalau GOTO ini memiliki ekosistem yang terdiri dari transportasi, alat pembayaran, market place, dan perbankan," ujar Hans pada TrenAsia.com, saat dihubungi Selasa, 5 April 2022.

Seperti yang diketahui, GOTO merupakan perusahaan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia, sehingga dengan ekosistem yang dimiliki perseroan, Hans meyakini hal tersebut menjadi daya tarik yang dilirik oleh para pelaku pasar.

Kedua, IPO GOTO ini merupakan salah satu IPO perusahaan teknologi yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh para pelaku pasar.

Jauh sebelum GOTO mengumumkan jadwal IPO nya di BEI, para pelaku pasar sudah menunggu-nunggu aksi korporasi perseroan untuk menjadi perusahaan publik ini. Hal tersebut tercermin dari banyaknya respons terkait prospek kinerja saham GOTO jauh sebelum perseroan mengumumkan untuk menjadi perusahaan publik.

Ketiga, GOTO merupakan perusahaan yang memiliki size besar. Terhitung per kuartal III-2021, perseroan mencatatkan nilai transaksi bruto mencapai Rp414,2 triliun.

Keempat, dengan harga saham yang dipatok sebesar Rp338 per unit, bisa diperkirakan kapitalisasi pasar dari GOTO akan menyetuh sekitar Rp400 triliun. Ini menjadikan GOTO termasuk dalam jajaran perusahaan dengan kapitalilasi besar di Indonesia.

Dengan menganggap GOTO sebagai perusahaan yang memiliki size besar, maka menyebabkan banyak para pelaku pasar berharap memeroleh keuntungan dari IPO tersebut.

Hans menambahakan, meskipun IPO GOTO dianggap menarik, pasar akan lebih berhati-hati. Hal ini disebabkan dalam IPO kali ini investor sudah memiliki branchmark pasar dan berkaca pada listing emiten-emiten tenologi sebelumnya seperti BUKA dan GRAB.

"Mungkin agak berberbeda dari listing emiten teknologi sebelumnya, kemarin belum ada branchmark pasar jadi orang cenderung membeli, kalau sekarang orang akan lebih berhati-hati," imbuh Hans.

Di sisi lain, nilai rugi yang masih dicatatkan perseroan senilai Rp16 triliun akan menjadi pekerjaan rumah sekaligus katalis negatif bagi GOTO terkait kinerja usaha dan saham perseroan. Hal ini menyebabkan para pelaku pasar baik institusi maupun retail lebih berhati-hati.