Bakmi Jawa, kuliner asal Piyaman yang menggugah selera.
Destinasi & Kuliner

Bakmi Jawa, Kuliner Tradisional Penggugah Selera

  • Bakmi Jawa identik dengan kuliner khas Yogyakarta. Kuliner ini memilik variasi bakmi godhog atau bakmi rebus dan bakmi goreng.Tapi biasanya
Destinasi & Kuliner
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

BANTUL – Bakmi Jawa identik dengan kuliner khas Yogyakarta. Kuliner ini memilik variasi bakmi godhog atau bakmi rebus dan bakmi goreng.

Tapi biasanya, para penjual bakmi Jawa ini juga menyediakan menu-menu lain. Diantaranya nasi goreng, nasi goreng Magelangan, sego godhog, bihun goreng, bihun godhog, hingga capcay.

Bahan utama bakmi godhog dan goreng ini sama, yaitu mie, irisan kol, ayam yang dipotong kecil-kecil atau disuwir, daun bawang, tomat, minyak goreng, telur bebek atau telur ayam. 

Sementara bumbunya terdiri dari bawang putih, bawang merah, merica, kemiri, cabai, dan garam.

Cita rasa bakmi Jawa akan semakin terasa nikmat dengan adanya tambahan kaldu ayam yang selalu ditambahkan saat proses memasak bakmi Jawa maupun nasi goreng.

Melihat latar belakang sejarahnya, bakmi Jawa ini berasal dari Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Dalam perkembangannya, para penjual bakmi Jawa dari Desa Piyaman ini menyebar, tak hanya di Yogyakarta tetapi juga hingga ke seluruh wilayah di Indonesia.

Di Yogyakarta sendiri, banyak penjual bakmi Jawa legendaris. Sebut saja  Bakmi Mbah Mo di Code Bantul, Bakmi Kadin, Bakmi Pele, Bakmi Mbah Hadi Terban, sampai Bakmi Yu Jilah di Sabdodadi Bantul. Di Piyaman sendiri, Bakmi Mbah Wito sangat dikenal.

Para penjual bakmi Jawa ini juga punya ciri khas tersendiri. Mereka berjualan menggunakan gerobak yang biasanya diisi dengan bakmi dan bahan lainnya. Yang membuat gerobak ini menarik perhatian orang adalah ayam-ayam yang sudah direbus, digantung terbalik di gerobak ini.

Uniknya lagi, para penjual bakmi Jawa memasak bakmi atau menu lainnya dengan menggunakan anglo dan bahan bakar arang. Konon, penggunaan arang membuat panas lebih awet.

Mereka biasanya mulai menjajakan dagangannya saat senja, sekitar jam 17.00 WIB. Jadi jangan kaget, kalau melihat warung-warung bakmi Jawa ini justru ramai di malam hari.

Jilah, salah satu penjual bakmi Jawa mengatakan para pembeli datang ke warungnya untuk mencicipi sensasi kenikmatan bakmi godhog yang menjadi salah satu menu favorit di warungnya.

 Padahal warung Jilah ini terletak di tengah perkampungan yang jauh dari jalan raya, tepatnya di Kampung Dukuh, Sabdodadi, Bantul.

“Saya sudah jualan di sini sekitar 10 tahun. Tapi sebelumnya saya jualan di Jalan KH Ahmad Dahlan Yogyakarta selama lebih dari 20 tahun. Saya ini meneruskan orang tua saya,” ujar Jilah, didampingi suaminya, Sarjiyono.

Jilah membanderol bakmi Jawa maupun menu lainnya dengan harga Rp14.000. Dengan harga yang cukup terjangkau, tak heran jika warung Jilah selalu ramai pembeli. (*)

Tulisan ini telah tayang di sijori.id oleh Pungki pada 20 Sep 2021