Commonwealth Bank / Commbank.co.id
Industri

Bancassurance Semakin Dilirik, Momentum Perbankan Kerek Fee Based Income

  • Industri asuransi mendapatkan berkah dari meningkatnya kesadaran masyarakat akibat adanya pandemi COVID-19. Ditopang oleh produk asuransi jiwa,

Industri

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Industri asuransi mendapatkan berkah dari meningkatnya kesadaran masyarakat akibat adanya pandemi COVID-19. Ditopang oleh produk asuransi jiwa, industri perbankan menanti perbaikan pendapatan fee based income.

Chief of Retail dan Small Medium Entreprise (SME) Business Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan kontribusi produk asuransi terhadap fee based income di perseroan telah menyentuh 25%-30% pada tahun ini. Dengan fokus menggenjot pada produk bancassurance produk asuransi jiwa, dirinya mengatakan kontribusi tersebut bakal meningkat.

“Volume penjualan asuransi yang kami targetkan meningkat dua kali lipat, terlebih setelah adanya kemitraan untuk produk Treasury Armor Link dengan FWD Insurance ini. Dampak signifikannya akan tampak pada tahun depan,” jelas Ivan dalam konferensi pers, Kamis, 21 Oktober 2021.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan premi produk bancassurance mencapai 53% dari total premi asuransi jiwa. Hal ini menimbulkan adanya prospek cerah bagi fee based income perseroan. 

Di sisi lain, total aset investasi asuransi jiwa tercatat mampu tumbuh 8,59% year on year (yoy) pada Agustus 2021. Di tengah volatilitas yang tinggi di pasar modal, nilai aset investasi jiwa kini menyentuh Rp496,4 triliun.

Selain itu, PwC dalam surveinya menyebut pandemi COVID-19 telah memberikan perubahan perilaku konsumen yang mendasar. Hal ini ditandai adanya peningkatan penetrasi masyarakat sebanyak 51% yang lebih banyak melirik produk asuransi untuk proteksi kesehatan. 

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap proteksi kesehatan juga tampak dari hasil survei yang dilakukan Deloitte Customer Insight pada 2021. Dalam survei tersebut, sebanyak 61% responden mengaku menambah alokasi keuangan untuk kesehatan sejak ada pandemi COVID-19. 

Lalu, sebanyak 22% responden mengaku lebih mengalokasikan pendapatan pada pos dana darurat dan tabungan. Kecenderungan untuk proteksi kesehatan dan keuangan yang tinggi ini, kata Ade, menjadi peluang baru bisnis asuransi jiwa. 

Pangsa pasar asuransi jiwa pun masih terbuka lebar. Pasalnya, AAJI menyebut baru sebanyak 6,5% masyarakat Indonesia yang sudah terproteksi asuransi jiwa. Ketua AAJI Budi Tampubolon menyebut inklusivitas asuransi jiwa perlu terus ditingkatkan.

“Yang belum terlalu dipahami banyak masyarakat, asuransi jiwa adalah salah satu cara paling efektif untuk mengatur keuangan masa depan. Ditambah dengan adanya risiko pandemi, masa depan masih menjadi sesuatu yang tidak dapat dipastikan oleh siapa pun,” jelas Budi dalam keterangan tertulis, Kamis, 21 Oktober 2021.

Menurutnya, berbagai resiko kehidupan di masa sulit seperti saat in bisa menghambat pelaksanaan rencana yang sudah disusun untuk masa depan. Dengan perlindungan asuransi yang lebih baik, Budi meyakini proses pemulihan ekonomi saat pandemi akan mampu berjalan lebih stabil-positif.