Bandara Perlu Sistem Manajemen Energi Berstandar Internasional untuk Implementasi EBT
JAKARTA – Kementerian ESDM bersama PT Angkasa Pura II sedang menyusun implementasi sistem manajemen energi berstandar internasional di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten. Kerja sama ini juga melibatkan MTR3 – United Nations Development Programme (UNDP). Diketahui, sistem ini bertujuan untuk meraih sertifikat ISO 50001 yang berisi tiga hal utama. Kerangka kerja dan waktu secara detail, pemetaan […]
Industri
JAKARTA – Kementerian ESDM bersama PT Angkasa Pura II sedang menyusun implementasi sistem manajemen energi berstandar internasional di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten. Kerja sama ini juga melibatkan MTR3 – United Nations Development Programme (UNDP).
Diketahui, sistem ini bertujuan untuk meraih sertifikat ISO 50001 yang berisi tiga hal utama. Kerangka kerja dan waktu secara detail, pemetaan profil perusahaan terkait energy, serta laporan pemetaan Final Energy Management System dan Sertifikasi ISO 50001 oleh TUV SUD pada tahun pertama.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta ditargetkan bisa memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) melalui sertifikat ini,” ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pasalnya, saat ini baru ada 113 perusahaan di Indonesia yang mendapat sertifikat global ISO 50001. Rinciannya, yakni dua sertifikat untuk bangunan atau gedung, 64 sertifikat ke perusahaan industri, dan 47 sertifikat ke perusahaan energi.
Konservasi energi, disebut sebagai salah satu prioritas utama bagi perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah untuk mendorong perusahaan agar mengadopsi produktivitas, tetapi emisi dan limbah yang dihasilkan lebih sedikit.
Perlu Sistem Baru di Bandara
Sementara itu,President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, penerapan sistem manajemen energi bersertifikat global merupakan pakem baru dalam pengembangan eco-friendly airport. Di sisi lain, fungsinya juga untuk menekan biaya operasional.
“Dibutuhkan cara baru untuk mempercepat penerapan eco-friendly airport di bandara AP II karena penggunaan EBT sudah di depan mata. Di tengah situasi pandemi ini, perlu strategi baru untuk menekan biaya operasional,” kata dia.
Ia mengaku, konservasi energi memang menjadi prioritas bagi perseroan. Sejauh ini, kata dia, pihaknya telah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di gedung Airport Operation Control Center (AOCC) dan layanan taksi listrik yang dioperasikan Grab dan Blue Bird.
“Bandara Soekarno-Hatta akan menjadi point of interest untuk penggunaan EBT,” tambahnya. Selain itu, sistem manajemen energi untuk Terminal 3 tersebut nantinya juga digunakan di bandara lainnya.