BAJAK LAUT.jpg
Dunia

Bangkai Kapal Bajak Laut Abad ke-17 Yang Menakutkan Ditemukan di Lepas Pantai Barbary Maroko

  • Bangkai kapal ini merupakan pertama kalinya sisa-sisa kapal bajak laut ditemukan di wilayah inti Barbary.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Para pemburu bangkai kapal telah menemukan sisa-sisa kapal bajak laut kecil abad ke-17 yang dikenal sebagai Barbary corsair. Sisa-sisa kapal ditemukan  di perairan dalam antara Spanyol dan Maroko.

“Bangkai kapal itu adalah kapal bajak laut Aljazair pertama yang ditemukan di jantung wilayah Barbary," kata arkeolog maritim Sean Kingsley , pemimpin redaksi majalah Wreckwatch dan peneliti penemuan itu  kepada Live Science Selasa 6 Agustus 2024.

Ketika tenggelam, kapal itu bersenjata lengkap, “Dan mungkin sedang menuju pantai Spanyol untuk menangkap dan memperbudak orang-orang,” kata penemunya.

Namun kapal itu membawa muatan berupa panci dan wajan yang dibuat di kota Algiers di Afrika Utara. Kemungkinan ini untuk menyamar sebagai kapal dagang.

Perusahaan Odyssey Marine Exploration (OME) yang berpusat di Florida menemukan bangkai kapal tersebut pada tahun 2005 saat melakukan pencarian sisa-sisa kapal perang Inggris HMS Sussex berpeluru 80 senjata. Kapal itu hilang di daerah tersebut pada tahun 1694.

"Seperti yang sering terjadi dalam pencarian bangkai kapal tertentu, kami menemukan banyak situs yang belum pernah terlihat sebelumnya," kata Greg Stemm , pendiri OME dan pemimpin ekspedisi. Dia menambahkan ekspedisi tahun 2005 juga menemukan bangkai kapal Romawi dan Fenisia kuno di daerah tersebut.

Berita tentang bangkai kapal corsair tersebut baru dirilis sekarang dalam artikel baru oleh Stemm di Wreckwatch. Ini setelah penelitian sejarah yang ekstensif.

Bajak laut Barbary merupakan ancaman utama di Mediterania dan Atlantik dari abad ke-15 hingga abad ke-19/Domain publik

Bajak laut yang Menakutkan

Para perompak Barbary mulai beroperasi pada abad ke-15 di Aljazair yang saat itu merupakan bagian dari kekaisaran Ottoman.

Sebagian besar garis pantai barat Afrika Utara, dari wilayah Maroko modern hingga Libya, pada saat itu dikenal sebagai "Pantai Barbary". Nama  yang diambil dari nama orang Berber yang tinggal di sana, dan bajak lautnya menjadi ancaman besar selama lebih dari 200 tahun. Mereka memangsa kapal dan melakukan perampokan budak di sepanjang pantai Mediterania dan Atlantik di Eropa.

Orang-orang yang ditangkap dalam penyerbuan budak ditawan untuk tebusan atau dijual ke perdagangan budak Afrika Utara yang berlangsung hingga awal abad ke-20. Namun, aktivitas pembajakan para pelaut Barbary berakhir pada awal abad ke-19, ketika para bajak laut dikalahkan dalam Perang Barbary oleh Amerika Serikat, Swedia, dan Kerajaan Norman di Sisilia di Italia selatan.

Kapal itu panjangnya sekitar  14 m  dan penelitian menunjukkan itu adalah tartane,  kapal kecil dengan layar lateen segitiga pada dua tiang yang juga dapat digerakkan oleh dayung.

Tartanes digunakan oleh bajak laut Barbary pada abad ke-17 dan ke-18. “Sebagian karena mereka sering disangka kapal penangkap ikan, yang berarti kapal lain tidak akan curiga ada bajak laut di dalamnya,” kata Kingsley.

Para pemburu bangkai kapal menjelajahi kapal bajak laut yang tenggelam tersebut menggunakan kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh (ROV). Terungkap kapal  dipersenjatai dengan empat meriam besar, 10 senapan putar, dan banyak senapan untuk sekitar 20 awaknya.

"Bangkai kapal itu sangat cocok dengan profil bajak laut Barbary dari segi lokasi dan karakter," kata Kingsley. "Laut di sekitar Selat Gibraltar merupakan tempat perburuan favorit para bajak laut, tempat sepertiga dari semua hasil buruan bajak laut dirampas."

Stemm menambahkan bahwa kapal yang karam itu juga dilengkapi dengan teropong yang sangat langka. Jenis teleskop awal yang revolusioner pada saat itu dan mungkin telah dirampas dari sebuah kapal Eropa.

Artefak lain dari bangkai kapal mendukung dugaan bahwa ini adalah kapal bajak laut yang membawa muatan barang curian.

"Jika Anda memasukkan koleksi botol minuman keras kaca buatan Belgia atau Jerman, dan mangkuk teh buatan Turki Ottoman, ke dalam bangkai kapal yang tenggelam itu, maka bangkai kapal itu akan tampak sangat mencurigakan," katanya. "Itu bukan pedagang pesisir Afrika Utara biasa."