Bangladesh dan Revolusi Pertama Kaum Gen Z
- Di negara berpenduduk 170 juta orang itu, lebih dari 30 juta orang tidak memiliki pekerjaan atau pendidikan.
Dunia
DAKA-Gejolak politik di Bangladesh menjadi revolusi pertama di dunia yang melibatkan kaum Gen Z atau generasi Z. Ini sebuah peringatan bagi siapapun untuk tidak main-main dengan nasib mereka.
Gerakan protes di Bangladesh melibatkan sebagian besar demonstran mahasiswa muda. Mereka melawan pemimpin berusia 76 tahun yang telah mendominasi negaranya selama beberapa dekade, dan berubah semakin otoriter dalam beberapa tahun terakhir.
Ada kegembiraan di jalan-jalan ibu kota Bangladesh Dhaka setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri pada Senin 5 Agustus 2024. Dia meninggalkan negara itu dengan helikopter menyusul kerusuhan antipemerintah yang mematikan selama berminggu-minggu. Hasina dikabarkan ditolak di India, akhirnya dia pergi ke Eropa.
Keluarnya Hasina secara tiba-tiba mengakhiri 15 tahun kekuasaan. Periode yang ditandai dengan pembatasan kebebasan sipil, dan penggunaan pasukan keamanan secara keras untuk menumpas perbedaan pendapat. Hal itu disampaikan para kritikus dan kelompok hak asasi manusia.
- Jauh Panggang dari Api, Lifting Migas Turun dalam 5 Tahun
- Bank Indonesia: Cadangan Devisa Naik Jadi Rp2.344 Triliun
- Lambat Buyback, BEI Ultimatum 50 Emiten yang Telah Lama Disuspensi
Dalam pidato nasional panglima militer Bangladesh Jenderal Waker-uz-Zaman mengatakan militer akan membentuk pemerintahan sementara. Tetapi pemimpin protes mahasiswa telah meminta peraih Nobel Muhammad Yunus untuk memimpin pemerintahan sementara.
Sumber di lembaga pemikir Yunus Centre di Dhaka kepada CNN mengonfirmasi bahwa pendirinya telah setuju untuk kembali ke Bangladesh. Ini untuk memenuhi permintaan para pengunjuk rasa agar dirinya menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara. Di sisi lain partai oposisi utama negara itu menawarkan dukungan penuhnya kepada para pengunjuk rasa mahasiswa.
Semua ini dimulai sebagai protes damai mahasiswa terhadap kuota pekerjaan pegawai negeri, tetapi kemudian berubah menjadi dorongan nasional untuk memaksa Hasina mundur. Ini setelah para demonstran berhadapan dengan tindakan keras pemerintah yang mengakibatkan sekitar 300 orang meninggal dunia.
Hasina menyalahkan oposisi atas kekerasan tersebut. Dia juga memberlakukan pemblokiran internet dan jam malam tanpa batas di seluruh negeri. Tanggapannya semakin menyulut emosi para demonstran.
Kerusuhan terus meluas dan akhirnya kepala pemerintahan wanita yang menjabat paling lama di dunia itu harus segera meninggalkan negara itu bersama saudara perempuannya. Massa kemudian menyerbu kediaman resminya, menghancurkan tembok, dan menjarah isinya.
Mengapa Orang Bangladesh Turun ke Jalan?
Para mahasiswa mulai berunjuk rasa pada tanggal 1 Juli di Universitas Dhaka. Mereka menuntut diakhirinya sistem kuota pemerintah. Aturan yang menyediakan 30% jabatan pegawai negeri untuk keluarga veteran yang bertempur dalam perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.
Banyak elite politik kontemporer negara ini yang terkait dengan generasi itu. Termasuk Hasina, putri pendiri Bangladesh modern Sheikh Mujibur Rahman yang dihormati dan dibunuh pada tahun 1975.
Peran-peran yang dicadangkan itu dikaitkan dengan keamanan kerja dan gaji yang lebih tinggi. Para pengunjuk rasa mengatakan sistem kuota itu diskriminatif serta menguntungkan pendukung partai Liga Awami yang berkuasa.
Yang memicu kemarahan adalah tingginya angka pengangguran di negara itu. Bangladesh mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat di bawah Hasina, tetapi melambat di era pascapandemi dan dilanda inflasi tinggi serta menipisnya cadangan mata uang asing. Di negara berpenduduk 170 juta orang itu, lebih dari 30 juta orang tidak memiliki pekerjaan atau pendidikan.
- Motor dan Suku Cadang Laku Keras, Laba Bersih MPMX Naik 24 Persen
- Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Agustus - Oktober 2024
- Saham Saratoga Menyala! Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno Cuan Rp2 Triliun dalam Seminggu
Protes tersebut berubah menjadi kekerasan pada tanggal 15 Juli dan tanggapan pemerintah yang semakin mematikan semakin memicu kemarahan mereka. Bahkan setelah Mahkamah Agung membatalkan sebagian besar kuota kontroversial pada pekerjaan pemerintah, dan pemblokiran internet dicabut.
Pada hari Minggu sedikitnya 91 orang meninggal dan ratusan lainnya terluka dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa. Jumlah tertinggi dalam satu hari dari semua protes dalam sejarah terkini negara tersebut.
Pada hari Selasa 6 Agustus 2024 Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin mengumumkan pembebasan pemimpin oposisi dan mantan Perdana Menteri Khaleda Zia. Dia adalah pesaing lama Hasina yang telah dipenjara pada tahun 2018 atas tuduhan korupsi yang dibantahnya. Demonstran mahasiswa yang ditangkap juga dibebaskan.
Karier Hasina
Karier politik Hasina telah berlangsung selama beberapa dekade sejak kembali dari pengasingan pada awal tahun 1980-an. Ini menyusul pembunuhan ayahnya dan sebagian besar keluarganya.
Pada tahun 1990 dia memimpin pemberontakan demokrasi rakyat terhadap kekuasaan militer. Dia telah selamat dari beberapa upaya pembunuhan pada tahun-tahun berikutnya.
Dia pertama kali menjadi perdana menteri pada tahun 1996 dan menjabat selama satu periode sebelum kembali berkuasa pada tahun 2008. Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa Hasina dan pemerintahannya sedang menuju sistem satu partai. Para kritikus juga menyatakan kekhawatiran atas meningkatnya laporan tentang kekerasan politik, intimidasi pemilih, dan pelecehan terhadap media dan tokoh oposisi.
Selama masa kekuasaannya, kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintah telah menggunakan undang-undang keamanan siber untuk menindak kebebasan berekspresi daring. Menangkap jurnalis, artis, dan aktivis dengan kasus penahanan sewenang-wenang. Hasina sebelumnya berhasil mengatasi berbagai protes sebelumnya, tetapi kali ini dia akhirnya tumbang.
Kaum muda yang menyaksikan teman-teman mereka ditembak dan terbunuh didorong oleh prospek pekerjaan yang suram, dan yang lelah dengan korupsi dan penindasan tidak dapat dihentikan oleh jam malam, pemblokiran internet. atau pasukan keamanan.
Sabrina Karim, profesor pemerintahan di Universitas Cornell yang mengkhususkan diri dalam studi kekerasan politik kepada CNN mengatakan Ini mungkin merupakan revolusi pertama yang dipimpin oleh Generasi Z dan berhasil.
Lalu Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Bangladesh menunggu pembentukan pemerintahan sementara dan para mahasiswa mengatakan mereka akan bertemu dengan panglima militer Bangladesh. Kelompok protes mengatakan pemerintahan sementara harus dipimpin oleh Yunus. Seorang wirausahawan sosial dan bankir yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2006 atas pekerjaan perintisnya di bidang keuangan mikro. Upaya yang membantu mengentaskan kemiskinan di Bangladesh.
Yunus akan segera kembali ke Bangladesh dengan maksud untuk memangku jabatan tersebut. Dia sedang menjalani perawatan medis kecil di Paris. Berbicara kepada CNN pada hari Senin Yunus mengatakan dia ingin melihat tentara menyerahkan kendali negara kepada pemerintahan sipil.
“Orang-orang merayakan di jalan dan jutaan orang di seluruh Bangladesh merayakannya seolah-olah ini adalah hari pembebasan kami,” katanya.
Sementara pengunduran diri Hasina dirayakan, sejumlah warga Bangladesh menyatakan kekhawatiran atas jalan yang harus ditempuh negara itu saat berupaya mengisi kekosongan kepemimpinan. Hasina mungkin sudah lengser, tetapi jalan Bangladesh masih panjang.
- Motor dan Suku Cadang Laku Keras, Laba Bersih MPMX Naik 24 Persen
- Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Agustus - Oktober 2024
- Saham Saratoga Menyala! Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno Cuan Rp2 Triliun dalam Seminggu
Apa yang bisa dipelajari dari Bangladesh Banyak. Negara tidak boleh diskriminatif dan membiarkan orang dalam bisa mengatur segala hal karena itu akan membunuh kesempatan bagi banyak orang. Negara harus bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi kaum muda. Negara harus mau mendengarkan apa keluhan rakyatnya, jangan sedikit-sedikit main tangkap.
Jangan pernah menggunakan aparatur negara untuk melawan rakyat karena mereka digaji oleh uang pajak rakyat dan tugasnya melindungi rakyat. Bukan melindungi penguasa. Jangna berkuasa terlalu lama dan membentuk dinasti politik. Seperti teori politik, semakin lama orang berkuasa maka semakin dia cenderung untuk korup dan lupa diri.
Itu yang terjadi di Bangladesh. Kalau ada negara yang memiliki masalah mirip, maka mereka harus waspada. Karena dalam kondisi tersebut menebar pesona tak akan lagi berguna