PLTS Xurya
Energi

Bangun Sumber Energi Hijau Mandiri, Listrik IKN 100 Persen dari PLTS

  • Dengan visi menjadi kota netral karbon pada tahun 2060, IKN mewakili komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan serta memenuhi komitmen kesepakatan Paris 2015.

Energi

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Salah satu aspek yang disorot dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah upaya mengatasi tantangan perubahan iklim dengan menggunakan energi hijau. Pemerintah mengklaim kebutuhan listrik di IKN akan berdiri secara mandiri melalui PLTS yang saat ini sedang dibangun.

Dengan visi menjadi kota netral karbon pada tahun 2060, IKN mewakili komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan serta memenuhi komitmen kesepakatan Paris 2015.

Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) telah menegaskan pentingnya mengadopsi sumber energi baru terbarukan (EBT), khususnya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sebagai solusi yang efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). 

Indonesia telah menetapkan komitmen yang kuat dalam "Nationally Determined Contribution (NDC) 2022" untuk menurunkan emisi GRK sebesar 31,89% pada tahun 2030, dengan kemungkinan mencapai 43,20% dengan dukungan internasional. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI juga menetapkan target kebijakan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, yang secara substansial akan diperkuat oleh kontribusi PLTS dalam pembangunan IKN.

Kebutuhan Listrik

Dengan kapasitas PLTS yang diharapkan mencapai 50 MW, proyek PLTS di IKN berpotensi menjadi sumber utama energi listrik bagi IKN. Diperkirakan bahwa kebutuhan listrik penuh di Ibu Kota Nusantara (IKN) akan mencapai sekitar 24 megawatt. 

“Yang pertama 10 megawatt. Seperti yang kita lihat, ini 10 megawatt, dan ini sudah siap operasi dan nanti untuk yang tahap keduanya adalah 40 megawatt” kata Direktur Utama PT PLN Nusantara Renewables Harjono, Jumat 16 Februari 2024.

Namun, dalam praktiknya, tidak semua fasilitas akan beroperasi pada kapasitas penuh sepanjang waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi energi, seperti fluktuasi kegiatan perkotaan dan perubahan musiman. 

Oleh karena itu, perkiraan yang lebih realistis adalah bahwa hanya sekitar 20 hingga 30 persen dari total kebutuhan energi yang akan terjadi secara bersamaan. 

Dalam hal ini, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 50 megawatt yang direncanakan untuk IKN menjadi sangat penting. Kelebihan kapasitas memberikan fleksibilitas dan keandalan yang diperlukan untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan energi yang mungkin terjadi di masa depan. 

"Bahkan nanti kita juga akan melihat di sana ada untuk yang gardu induk berkapasitas 50 MW juga sudah siap untuk kita teruskan pelaksanaannya. Sudah siap semua, tapi yang paling utama 10 MW sudah siap untuk men-deliver listrik," tambah Harjono.

Meskipun dihadapkan pada tantangan impor komponen PLTS, proyek ini membawa dampak positif bagi perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja lokal. 

Penggunaan PLTS secara luas di IKN akan secara signifikan mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan mempercepat transisi ke energi bersih.

Inisiatif pembangunan IKN, dengan fokus pada pengembangan EBT, bukan hanya menandai perubahan paradigma dalam infrastruktur, tetapi juga menawarkan janji masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia. 

Sebagai negara kepulauan dengan potensi besar dalam sumber energi terbarukan, langkah ini membawa harapan baru bagi upaya global dalam menghadapi krisis iklim.