Sebuah pesawat kargo di Bandara Internasional Salgado Filho yang terendam banjir di Porto Alegre di Rio Grande do Sul, Brasil. (Reuters/Wesley Santos)
Dunia

Banjir di Brasil: 90 Tewas, 150.000 Orang Kehilangan Tempat Tinggal

  • Badan Pertahanan Sipil negara bagian mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 90 dengan empat kematian lainnya sedang diselidiki, sementara 131 orang masih belum ditemukan dan 155.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Banjir bandang melanda negara bagian selatan Brasil, Rio Grande do Sul, pada Selasa, 7 Mei 2024. Setidaknya 90 orang tewas, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, dan para korban yang selamat mencari makanan dan kebutuhan dasar.

Di pinggiran kota Eldorado do Sul, yang berjarak 17 kilometer (10,5 mil) dari ibu kota negara bagian Porto Alegre, banyak orang terpaksa tidur di pinggir jalan dan mengatakan kepada Reuters bahwa mereka kelaparan. Keluarga-keluarga utuh meninggalkan tempat tinggal mereka dengan berjalan kaki, membawa barang-barang mereka dalam ransel dan kereta belanja.

“Kami sudah tidak makan selama tiga hari dan baru saja mendapatkan selimut ini. Saya bersama orang-orang yang bahkan tidak saya kenal, saya tidak tahu di mana keluarga saya,” kata seorang pemuda yang menyebut namanya sebagai Ricardo Junior, dikutip dari Reuters, pada Rabu, 8 Mei 2024.

Banjir tersebut telah menghambat upaya penyelamatan, dengan puluhan orang masih menunggu untuk dievakuasi dengan perahu atau helikopter dari rumah-rumah yang terkena dampak. Perahu-perahu kecil menyusuri kota yang terendam banjir untuk mencari para korban yang selamat.

Badan Pertahanan Sipil negara bagian mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 90 dengan empat kematian lainnya sedang diselidiki, sementara 131 orang masih belum ditemukan dan 155.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Hujan lebat yang dimulai minggu lalu telah menyebabkan sungai-sungai meluap, menggenangi seluruh kota dan merusak jalan dan jembatan.

Hujan diperkirakan akan reda pada Kamis tetapi kemudian berlanjut hingga akhir pekan.

Pakar iklim mengaitkan, hujan lebat yang terjadi di Rio Grande do Sul disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi bersamaan. Adanya gelombang panas akibat fenomena El Nino tahun ini yang menyebabkan pemanasan pada perairan Pasifik dan mengakibatkan peningkatan curah hujan di bagian Brasil selatan.

Terdapat front dingin yang lebih lemah yang membawa hujan dan angin kencang dari Antartika. Terjadi pula peningkatan kehangatan yang tidak biasa di Samudra Atlantik yang meningkatkan kelembapan.

Seorang peneliti dari Institut Meteorologi Nasional (Inmet), Marcelo Schneider, menyatakan pemanasan global memperparah fenomena ini dan memperkuat efek antar sistem tersebut, sehingga membuat cuaca tidak dapat diprediksi.

Pemadaman Listrik

Di Porto Alegre, sebuah kota dengan 1,3 juta penduduk, jalan-jalan di pusat kota terendam air setelah Sungai Guaiba meluap dengan tingkat air tertinggi yang pernah tercatat.

Penduduk Porto Alegre menghadapi rak-rak supermarket yang kosong dan pom bensin yang tutup, dengan toko-toko yang menjatah penjualan air mineral. Kota tersebut mendistribusikan air dengan truk ke rumah sakit dan tempat penampungan.

Banjir juga berdampak pada layanan air dan listrik, dengan lebih dari 1,4 juta terkena dampak secara keseluruhan, menurut Pertahanan Sipil.

Hampir setengah juta orang di Porto Alegre dan kota-kota sekitarnya tanpa listrik karena perusahaan listrik memutus pasokan listrik karena alasan keamanan di lingkungan yang terendam banjir. Operator jaringan nasional ONS mengatakan lima bendungan pembangkit listrik tenaga air dan jalur transmisi ditutup karena hujan lebat.

Bandara kota, dengan landasan parkirnya terendam air, telah menangguhkan semua penerbangan sejak Jumat.

“Kekurangan bahan bakar dilaporkan ketika perusahaan minyak milik negara Petrobras mengatakan mengalami kesulitan memindahkan solar dari pengolahannya di Kano yang terendam banjir parah di metropolitan Porto Alegre,” kata seorang pejabat pemerintah senior.

Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan pada program televisi pemerintah bahwa tingkat kerusakan tidak akan diketahui sampai air surut. Dia menjanjikan bantuan federal untuk negara bagian dalam apa yang dianggap sebagai bencana iklim terburuk yang pernah terjadi.

Kondisi Ekonomi

Ekonom JP Morgan memproyeksikan bahwa dampak banjir terhadap ekonomi Brasil akan sedikit mengurangi pertumbuhan PDB dan sedikit peningkatan inflasi, terutama karena harga beras yang lebih tinggi yang sebagian besar diproduksi di Rio Grande do Sul. Pemerintah mengatakan Brasil akan mengimpor beras untuk menstabilkan pasar.

Selain merusak infrastruktur penting, hujan lebat dan banjir telah membuat ladang biji-bijian terendam air dan membunuh ternak, mengganggu panen kedelai, dan menghentikan pekerjaan di beberapa pabrik daging.

“Pelabuhan Rio Grande, pelabuhan utama untuk ekspor biji-bijian, beroperasi secara normal,” tutur otoritas pelabuhan negara bagian itu.

“Namun, akses jalan utama tidak dapat dilalui, mengganggu pengiriman biji-bijian ke pelabuhan karena truk harus mengambil rute memutar yang jauh,” jelas para eksportir.