
Banjir Sentimen Negatif, IHSG dan Rupiah Terkapar Jelang Akhir Pekan
- IHSG anjlok 2,86% ke level 6.300, sementara rupiah terpuruk ke Rp16.575 per dolar AS, level terendah sejak 2020. Sentimen global, mulai dari kebijakan tarif Donald Trump hingga aksi jual asing, makin memperburuk keadaan.
Bursa Saham
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) babak belur pada perdagangan sesi pertama Jumat, 28 Februari 2025. Situasi ini diikuti mata uang rupiah yang bertekuk lutut terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bursa Efek Indoneisa, hingga siang ini, IHSG terpantau terdamprat 6.300,14 atau melemah 2,86%. Artinya, indeks composite telah turun 20,30% dari all time high-nya di level 7.905 pada September 2024 lalu.
Koreksi tajam IHSG kali ini didorong oleh pelemahan saham-saham kapitalisasi besar (big caps), seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang turun 6,61% ke level Rp3.390 per saham, serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang melemah 1,93% ke level Rp4.570 per saham.
- Cetak Sejarah Baru, Trimegah Luncurkan Reksa Dana Sepak Bola Pertama di Indonesia
- Ikhtiar Khatam Al-Qur’an di Bulan Ramadan, Inovasi ngaji.ai Bantu Kita Konsisten
- Saham BBRI, BMRI, dan BBNI Tertekan, Efek Kewajiban Biayai 3 Juta Rumah?
Selain sektor perbankan, tekanan terjadi pada saham emiten otomotif PT Astra International Tbk (ASII) yang turun 3,27% ke level Rp4.440 per saham, serta emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang melemah 4,02% ke level Rp2.390 per saham.
Sementara itu, pelemahan IHSG didorong oleh investor yang tercatat agresif melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp1,88 triliun di seluruh pasar saham. Di pasar reguler, net sell asing mencapai Rp1,78 triliun.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, menilai IHSG berpotensi mengakhiri tren turun dan berpeluang mengalami rebound pada pekan depan jika mampu bertahan di atas level support 6.436. "Namun, jika IHSG menutup pekan ini di bawah 6.436, maka indeks berisiko melanjutkan pelemahan menuju 6.303," ujar Ivan dalam riset hariannya pada Jumat, 28 Februari 2025.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas memperkirakan pergerakan IHSG berada di kisaran support 6.400, pivot 6.500, dan resisten 6.600. Secara teknikal, IHSG telah menembus support kritis 6.500 dengan pola black marubozu, yang mengonfirmasi lanjutan tren bearish.
Hal ini diperkuat oleh pelebaran negative slope pada indikator MACD. "Waspadai potensi pelemahan lanjutan ke level psikologis 6.400 pada perdagangan Jumat, 28 Februari 2025," ujar Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy K, dalam risetnya.
Terlepas dari itu, sektor perbankan juga terindikasi mengalami pengetatan likuiditas, dengan sejumlah bank mencatatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang melebihi batas aman Bank Indonesia. Meskipun pertumbuhan kredit masih tumbuh dua digit (+10,27%) pada Januari, suku bunga yang tinggi terus menekan margin bunga bersih mayoritas bank.
Di sisi lain, isu Danantara memicu aksi jual lanjutan pada saham perbankan. Pasar berharap rencana buyback yang akan dilakukan manajemen serta pengumuman dividen final tahun buku 2024 dapat meredam aksi jual tersebut.
Rupiah Tersungkur ke Level Terendah Sejak 2020
Dari faktor eksternal, kebijakan tarif yang dikonfirmasi oleh Donald Trump serta pelemahan data ketenagakerjaan AS menambah pesimisme terhadap prospek ekonomi global. Dampaknya merambat ke pasar keuangan domestik, termasuk rupiah.
Diketahui nilai tukar rupiah di pasar spot tertekan hingga mencatat koreksi terdalam pada perdagangan tengah hari ini melemah 0,73% ke level Rp16.575 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.454 per dolar AS. Ini menjadi posisi terburuk rupiah sejak Maret 2020, ketika sempat menyentuh level yang sama pada 20 Maret 2020.
Ekonom Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai pelemahan rupiah dipicu oleh lonjakan volatilitas serta aksi ambil untung investor. Faktor lain yang turut membebani adalah kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif impor dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok sejak 25 Maret.
Selain itu, peningkatan permintaan dolar AS dari pelaku ekonomi dalam negeri turut menekan rupiah. "Permintaan dolar meningkat untuk pembayaran utang dan bunga, serta kebutuhan impor bahan baku produksi dan barang konsumsi menjelang bulan puasa dan Lebaran," ujarnya.
Sebagai tambahan, Amerika Serikat telah menaikkan bea masuk terhadap Cina, menambah tarif 10% yang sudah diberlakukan sebelumnya. Sementara itu, tarif 25% dikenakan untuk seluruh impor dari Kanada dan Meksiko, kecuali produk energi dari Kanada yang dikenai pajak 10%.