Banjir Wadas dan Pembukaan Jalur Tambang Andesit
- Banjir tersebut diduga dipicu pembukaan petak hutan di perbukitan untuk jalur yang menghubungkan lokasi quarry dengan Bendungan Bener dengan jarak sekitar 12 kilometer.
Nasional
JAKARTA—Banjir melanda Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Air mengalir dari lokasi pembukaan jalur tambang batu andesit (quarry) untuk pembangunan Bendungan Bener. Genangan air pun memasuki sejumlah rumah warga dan tempat ibadah di Dusun Karang.
Banjir juga menggenangi jalan desa di sekitar titik pembukaan akses ke lokasi penambangan setinggi sekitar 20 sentimeter. Ini kali pertama Desa Wadas diterjang air bah. Banjir tersebut diduga dipicu pembukaan petak hutan di perbukitan untuk jalur yang menghubungkan lokasi quarry dengan Bendungan Bener dengan jarak sekitar 12 kilometer.
Air hujan tak lagi tertahan pepohonan dan masuk ke tanah tapi langsung meluncur ke permukiman warga. Drainase di tepi jalan pun tak mampu menampung air yang bercampur dengan lumpur. Seorang warga Wadas, Siswanto, dalam keterangannya mengatakan air yang meluncur membawa material tanah dan bebatuan. “Air mengalir dari hutan,” ujar lelaki yang juga anggota Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa) itu.
Sebagai informasi, Desa Wadas menjadi lokasi rencana penambangan material untuk pembangunan Bendungan Bener. Sejak awal tahun ini alat berat sudah didatangkan ke Wadas meskipun sejumlah warga konsisten menolak penambangan. Siswanto mendesak rencana tambang batu andesit dihentikan karena bisa membahayakan warga. “Untuk apa mendapatkan ganti rugi Rp10 miliar (setelah menyerahkan tanah untuk tambang) jika kemudian mati kena tanah longsor,” tukasnya.
- Temukan Benda Aneh di Bekas Ledakan Saluran Pipa Gas, Denmark Ajak Operator Nord Stream Cek Lokasi
- Jadi Kebiasaan Buruk, Ternyata Ini Bahaya Langsung Tidur Usai Makan Sahur
- Kelas Yasen, AS Benar-Benar Khawatirkan Kapal Selam Rusia Ini
Siswanto mengaku pernah mengingatkan soal ancaman banjir itu kepada para pejabat dari Kantor Pertanahan Kabupaten Purworejo sebagai Panitia Pengadaan Tanah (P2T) dan Balai Besar Sungai Wilayah Serayu Opak (BBWSSO) sebagai lembaga pemerintah yang menjadi pemrakarsa proyek Bendungan Bener dan tambang andesit di Wadas. “Namun pemerintah selalu menggunakan cara represif untuk mematikan perlawanan warga,” ujarnya.
Wadon Wadas, kelompok perempuan yang menolak penambangan di Wadas, mengkhawatirkan bencana lebih besar bisa terjadi apabila Wadas benar-benar menjadi lokasi quarry. “Baru akses jalan saja sudah menyebabkan banjir, apalagi kalau ada tambang,” ujar anggota Wadon Wadas, Priyan Susie. Anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Dhanil Al Ghifary, meminta komitmen Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan BBWSSO dalam menjaga lingkungan Wadas. “Pembebasan tanah untuk tambang di Wadas hanya cerita awal penghancuran alam di Wadas,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Wadas, Fahri Setyanto, mengklaim banjir di kawasan Wadas akhir pekan lalu lantaran gorong-gorong yang tersumbat sampah dan bebatuan. Menurut Fahri, gorong-gorong tersebut kini sudah diganti dengan ukuran lebih besar oleh kontraktor Bendungan Bener. “Banjir kemarin karena gorong-gorong yang melintang di jalan kabupaten Desa Wadas tersumbat. Banjirnya juga tidak besar, langsung surut,” ujarnya.