Bank Banten Raih Restu Reverse Stock dan Rights Issue Rp3,14 Triliun
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) akhirnya mendapatkan restu dari pemegang saham untuk menggelar aksi korporasi penggabungan nilai nominal saham (reverse stock) sekaligus penerbitan saham baru (rights issue).
Industri
SERANG – PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) akhirnya mendapatkan restu dari pemegang saham untuk menggelar aksi korporasi penggabungan nilai nominal saham (reverse stock) sekaligus penerbitan saham baru (rights issue).
Restu aksi korporasi didapatkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Banten yang digelar di Serang, Jumat, 2 Oktober 2020. Rangkaian aksi korporasi reverse stock akan diikuti penerbitan nominal saham baru Seri C melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) alias rights issue.
RUPSLB dihadiri pemegang saham yang mewakili 70,39 % mewakili 45,12 miliar lembar saham dari seluruh jumlah saham yang dikeluarkan yaitu 64,10 miliar lembar saham. RUPSLB juga dihadiri PT Banten Global Development (BGD) selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP), beserta Jajaran Dewan Komisaris dan Direksi Bank Banten.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pemegang saham menyetujui tiga agenda rapat yaitu pertama terkait Perubahan Anggaran Dasar Perseroan sehubungan dengan perubahan nilai nominal saham Seri A dan Seri B melalui reverse stock.
Rights Issue Rp3,14 Triliun
Kedua, penerbitan nilai saham baru saham Seri C dengan nominal yang berbeda sesuai ketentuan yang berlaku, serta melakukan pembatalan hasil RUPSLB Bank Banten pada 26 Februari 2020 untuk mata acara yang sama.
Ketiga, penegasan persetujuan peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor dengan memberikan HMTED melalui PUT VI dan VII. Bank Banten berencana menerbitkan saham baru Seri C dengan nominal Rp50 per lembar saham dengan jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyak 60.820.296.033 lembar saham pada saat PUT VI.
Nominal tersebut setara 90,46% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Sehingga, total dana yang akan diraih Bank Banten sebanyak-banyaknya Rp3,14 triliun.
Sebelum proses PUT VI dilaksanakan, Perseroan akan melakukan reverse stock terlebih dahulu dengan rasio 10:1 atau 10 saham dengan nilai nominal lama menjadi 1 saham dengan nilai nominal baru. Dasar penetapan rasio reverse stock tersebut dilandasi oleh beberapa pertimbangan, salah satunya adalah hasil kajian nilai wajar saham perseroan oleh KJPP.
Dengan demikian, masing-masing saham Seri A dan Seri B akan mengalami perubahan harga nominal, yaitu untuk saham Seri A dari semula Rp100 akan menjadi Rp1.000 dan Seri B dari semula Rp18 akan menjadi Rp.180. Sesuai hasil valuasi penggabungan nilai saham tersebut, maka saham seri C yang akan diterbitkan oleh perseoan bernilai nominal Rp50.
“Para pemegang saham seri A, seri B dan seri C nantinya akan memiliki hak dan kedudukan yang sama dan sederajat sesuai dengan peraturan pasar modal,” kata Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa.
Pemprov Banten Suntik Rp1,5 Triliun
Aksi korporasi reverse stock tidak akan mempengaruhi dan tidak akan mengubah struktur permodalan dan pemegang saham. Hal ini terefleksikan dari nilai modal ditempatkan dan disetor penuh tetap sama saat sebelum dan sesudah reverse stock yaitu senilai Rp2,04 triliun.
Sesuai persetujuan dan keputusan RUPS, perseroan dapat menjalankan rangkaian aksi korporasi reverse stock untuk mendukung proses PUT VI. Sebelumnya DPRD Provinsi Banten telah mengesahkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2020. Isinya, Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Ke Dalam Modal Saham Perseroran Terbatas BGD untuk Pembentukan BPD Banten sebesar Rp1,5 triliun.
“Perda APBD-Perubahan Tahun Anggaran 2020 telah ditetapkan. Sehingga Insya Allah realisasi penambahan permodalan Bank Banten dapat terlaksana dalam waktu dekat ini. Kami berharap selaras dengan permohonan yang telah disampaikan perseroan kepada BGD selaku Pemegang Saham Pengendali, yang turut ditembuskan kepada Bapak Gubernur Banten, Bapak Ketua DPRD Banten, dan juga OJK, maka kami berharap pemindahbukuan dana dari RKUD Pemprov Banten ke Rekening Escrow Dana Setoran Modal melalui Rekening PT BGD dapat dilaksanakan pada Senin, 5 Oktober 2020 mendatang,” terang Kemal.
Dia menjelaskan, Bank Banten telah berupaya optimal di tengah keterbatasan yang ada guna terus melakukan perbaikan kinerja keuangan. Untuk dapat mencapai titik impas operasional, maka hal yang diperlukan saat ini adalah tambahan permodalan.
“Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk melakukan ekspansi usaha dan mencapai skala ekonomi yang diharapkan untuk dapat membukukan laba operasional,” tegasnya.
Perseroan berharap kepada seluruh pemegang saham dapat mendukung kelancaran pelaksanaan rangkaian aksi korporasi. Sebab, ini merupakan langkah yang fundamental untuk penguatan permodalan Perseroan.
“Kami tetap komitmen serta optimis bahwa rangkaian aksi korporasi ini dapat berjalan dengan baik demi kebaikan semua pemangku kepentingan,” tegasnya.
Kinerja Bank Banten
Manajemen Bank Banten memperkirakan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) setelah rights issue bakal melonjak jadi 45%-50%. Hingga 2023, manajemen Bank Banten menargetkan modal inti perseroan bakal mencapai Rp3 triliun.
CAR Bank Banten memang sudah merosot terus sejak beberapa tahun terakhir. CAR Bank Banten pada 2017 sebesar 10,22%, kemudian 2018 turun lagi menjadi 10,04%, terakhir 2019 kembali melorot ke level 9,01%.
Dari sisi kinerja keuangan, kerugian Bank Banten membengkak 16,3% dari Rp85,95 miliar menjadi Rp99,98 miliar pada semester I-2020.
Kerugian itu terjadi akibat pendapatan bunga Bank Banten yang merosot 21,35% year-on-year (yoy) dari Rp284,6 miliar menjadi Rp223,8 miliar. Namun, beban bunga juga berhasil ditekan 25,57% menjadi Rp191,2 miliar.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) per 30 Juni 2020 mencapai Rp4,6 triliun, turun 17,59% dari akhir 2019 senilai Rp5,58 triliun. Penyaluran kredit senilai Rp3,84 triliun, anjlok 26,1% dari akhir 2019 senilai Rp5,2 triliun.
Total aset Bank Banten per 30 Juni 2020 mencapai Rp6,81 triliun, turun dari Rp8,09 triliun pada akhir 2019. Sedangkan liabilitas Rp6,36 triliun dan ekuitas Rp449,9 miliar per 30 Juni 2020.
Pada perdagangan Jumat, 2 Oktober 2020, saham BEKS masih betas di level terendah Rp50 per lembar. Saham BEKS tak bergerak di angka Rp50 per lembar sejak 26 Mei 2017. Kapitalisasi pasar saham BEKS mencapai Rp3,2 triliun. (SKO)