Bank BUMN Kian Membara Gara-Gara Erick
- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sebagai tumpuan utama perusahaan pelat merah.
Korporasi
JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sebagai tumpuan utama perusahaan pelat merah. Meski sama-sama bergerak di bisnis perbankan, adanya penajaman fokus segmen membuat empat bank Himbara menunjukan performa yang mengilap pada tahun ini.
Erick memberikan mandat kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) untuk menguasai kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). BRI pun praktis menjadi motor utama penggerak rasio kredit UMKM menjadi 30% pada 2024.
“Kita juga memastikan bank BUMN bisa bersaing dengan core yang sudah difokuskan untuk setiap segmen masing-masing,” kata Erick dalam Talkshow UK SME’s Business Summit, dikutip Senin, 9 Agustus 2021.
- Analisis Saham Teknologi: Tren Gemilang hingga Primadona Baru di Pasar Modal
- IHSG Masih Konsolidasi? Simak Rekomendasi Saham Indosurya Awal Pekan Ini
- IHSG Berpotensi Bearish, Reliance Sekuritas Punya 8 Saham Pilihan Berikut Ini
Kinerja BRI pun mengalami pertumbuhan pada semester I-2021 ini. Segmen UMKM menguasai 80% dari total penyaluran kredit di BRI.
Bahkan, terjadi pertumbuhan 17% year on year (yoy) pada segmen kredit usaha mikro pada emiten bersandi BBRI tersebut. BRI membukukan penyaluran kredit usaha mikro sebesar Rp366,56 triliun. Sementara kredit segmen usaha kecil dan menengah tercatat sebesar Rp236,82 triliun.
Adapun penyaluran kredit segmen konsumer dan korporasi pada paruh pertama 2021 ini berada di angka Rp145,94 triliun dan Rp180,08 triliun. Secara keseluruhan, total penyaluran kredit BRI pada semester I-2021 ini sebesar Rp929,40 triliun.
Meski begitu, BRI masih punya pekerjaan besar untuk memberikan akses keuangan formal pada usaha mikro. Pasalnya, menurut data BRI, sebanyak 15 juta pelaku usaha dari total 45 juta pelaku usaha mikro tidak memperoleh akses layanan keuangan formal.
Lebih rinci, sebanyak 12 juta pelaku usaha mikro harus mendapatkan pendanaan sumber informal seperti kerabat hingga rentenir. Sementara itu, ada 18 juta pelaku usaha mikro yang tidak mendapat akses sama sekali terhadap layanan keuangan.
Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso menargetkan porsi kredit UMKM bahkan melesat hingga 85% pada 2025. Hal ini sejalan dengan adanya dua entitas baru BRI yang tergabung dalam holding BUMN Ultra Mikro, yakni PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
“Jadi secara ekonomi, holding memberikan nilai tambah bagi pemegang saham di segitiga ini. Secara sosial meningkatkan kapabilitas masyarakat, terutama di ultra mikro melalui pemberdayaan dan sustainable. Ini akan meningkatkan kontribusi terutama meningkatkan inklusi keuangan secara berkelanjutan,” ujar Sunarso dalam keterangan terulis, Senin, 9 Agustus 2021.
Mandiri Genggam Korporasi
Selanjutnya, Erick menaruh harapan tinggi pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) untuk menghidupkan kredit korporasi Indonesia. Sejauh ini, realisasinya tidak terlalu mengecewakan.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan penyaluran kredit perseroan ditopang oleh segmen wholesale banking atau kredit korporasi yang tumbuh 7,13% yoy menjadi Rp534,2 triliun per kuartal II-2021. Sementara pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1% yoy menjadi Rp98,3 triliun.
“Penyaluran kredit tersebut dilakukan secara prudent kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat,” kata Darmawan dalam konferensi pers, dikutip Senin, 9 Agustus 2021.
- Harus Hengkang dari Barcelona, Lionel Messi Tak Bisa Mengerti
- Grup Bakrie: Bumi Resources Minerals Dapat Persetujuan Rights Issue
- Bank Neo Commerce Gelar PUT V, Rights Issue 5 Miliar Saham
Dengan demikian, kualitas kredit Bank Mandiri cukup baik dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross sebesar 3,08%, turun 21 bps dari kuartal II-2020. Selanjutnya, coverage ratio juga berada di level 221,87% meningkat 26,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Darmawan mengatakan ada potensi pertumbuhan kredit wholesale yang lebih tinggi pada semester II-2021. Dirinya menyebut realisasi pertumbuhan kredit wholesale pada paruh kedua tahun ini bakal melebihi semester I-2021.
BTN Solusi Pembiayaan Perumahan
Meski masih berstatus Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sudah menunjukan performa menjanjikan pada solusi pembiayaan perumahan. Strategi BTN dalam menjaring Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berimplikasi positif terhadap kinerja keuangan perseroan.
Atas permintaan KPR Subsidi yang tinggi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun memberikan tambahan kuota sebanyak 18.500 unit kepada BBTN.
Untuk diketahui, kinerja BTN hingga akhir semester I-2021 masih mencatatkan pertumbuhan. Emiten pelat merah ini telah menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp265,9 triliun pada kuartal II-2021, tumbuh 5,59% secara tahunan atau year on year (yoy).
- Indonesia Lolos dari Jurang Resesi karena Efek Semu, Ekonomi Kuartal III-2021 Harus Diwaspadai
- PTPP, ADHI, dan WIKA Garap MUTIP Mandalika Rp1,7 Triliun
- IPO BUKA: Masuk Bursa Saham Pagi Ini, Bukalapak Catat Banyak Rekor
Penyaluran kredit BTN untuk KPR subsidi naik 11,17% yoy menjadi Rp126,29 triliun, sedangkan KPR non-subsidi tumbuh 0,90% yoy menjadi Rp80,59 triliun. Kredit konsumer non-perumahan juga tercatat meningkat di level 17,47% yoy menjadi Rp5,43 triliun.
Selain mempertajam kredit PR, perseroan juga diketahui tengah mempertebal modal inti. Hal ini dilakukan dengan menahan laba bersih tahun buku 2020 sebesar Rp1,6 triliun agar aspek permodalan perseroan semakin kuat.
BNI Garap Bisnis Internasional
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menjadi satu-satunya anggota Himbara yang belum mengumumkan kinerja semester I-2021. BNI menjadi perbankan yang fokus pada pengembangan bisnis internasional.
Direktur Treasury & International BNI Henry Panjaitan mengatakan BNI melihat peluang besar dari bisnis internasional, baik melalui diaspora Indonesia atau masyarakat setempat.
BNI diketahui telah memiliki enam kantor di luar negeri, yakni Singapura, Hong Kong, Tokyo, Seoul, Osaka, hingga New York.
“BNI ini punya tiga pilar kekuatan, majority stakeholder kita yakni pemerintah sangat penting dan alhamdulillah ini sangat kuat,” ucap Henry dalam diskusi virtual belum lama ini.
- Meski Penjualan Rokok Meroket, Laba Bersih Gudang Garam Merosot 39,53 Persen Jadi Rp2,31 Triliun
- IPO Laris Manis, Ultra Voucher Gandeng Sejumlah Bank Bidik Laba Meroket 600 Persen
- Jangan Ketinggalan, Pasar Modal RI Bakal Banjir Dana Asing dari China
Sebanyak 50% dari debitur BNI berada pada segmen wholesale. Meski begitu, bedanya dengan Bank Mandiri, BNI membidik korporasi dan anak usaha yang sudah multinasional.
Henry juga mengatakan BNI tengah menggodok peningkatan kredit skala UMKM bagi diaspora Indonesia. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan skala bisnis diaspora di berbagai negara.
“Diaspora yang ada 7 juta di seluruh dunia akan menjadi market bagi BNI. Kita juga bisa membangun global partnership dengan mitra bisnis potensial di luar negeri,” jelas Henry.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir pada kuartal I-2021, BNI membukukan laba bersih senilai Rp2,39 triliun pada kuartal I-2021.
Perolehan laba bersih tersebut sejalan dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio ditetapkan pada level 200,5%, lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2020 yang sebesar 182,4%.
Perseroan juga mencatat, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,1% year on year (yoy) mencapai Rp639,0 triliun. Selain itu, marjin bunga bersih (net interest margin/ NIM) membaik dari 4,5% pada kuartal IV- 2020 menjadi 4,9%.
Setali tiga uang, penyaluran kredit juga tumbuh 2,2% yoy dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp559,33 triliun.
BBNI juga meraup pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp3,19 triliun. Penyumbangnya adalah recurring fee senilai Rp2,91 triliun, tumbuh 9,4% dari posisi yang sama tahun sebelumnya.