Ilustrasi bank digital di Indonesia. Infografis: Deva Satria/TrenAsia
Industri

Bank Digital Versus Konvensional, Apa Bedanya?

  • Tampaknya pandemi membuat bank digital semakin naik pamor mengalahkan layanan perbankan konvensional lantaran nyaris seluruh aktivitas masyarakat dilakukan di rumah. Apa bedanya?
Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA - Tampaknya pandemi membuat bank digital semakin naik pamor mengalahkan layanan perbankan konvensional lantaran nyaris seluruh aktivitas masyarakat dilakukan di rumah.

Hal tersebut mendorong perbankan menyediakan layanan digital yang melahirkan bank digital.

Maraknya bank digital di tengah COVID-19 memancing pertanyaan mengenai perbedaan antara bank digital dengan bank yang memiliki layanan digital atau digital banking.

Masyarakat pada umumnya cenderung menilai keduanya merupakan sama, mengingat mayoritas pengguna layanan perbankan di Indonesia masih merupakan nasabah bank konvensional dan belum memahami perbedaan bank konvensional yang memiliki layanan digital dengan bank digital.

Namun, setidaknya ada beberapa hal vital yang membedakan bank digital dari bank yang menyediakan layanan digital.

Head of Digital Business PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Rudy Hamdani menjelaskan, bank digital merupakan model bisnis bank yang menyediakan atau menjalankan kegiatan usaha utamanya melalui saluran elektronik, terutama aplikasi mobile banking dengan keberadaan kantor fisik yang terbatas atau bahkan tanpa kantor fisik.

"Secara umum bank digital cukup memiliki satu kantor, yakni kantor pusat untuk menjalankan kegiatan usahanya secara digital," ujar Rudy dalam keterangan resminya.

Model bisnis bank digital kini banyak dipilih untuk dikembangkan karena cenderung memiliki biaya operasional yang rendah, lantaran tak memiliki alokasi dana untuk pengadaan kantor cabang, yang bisa dialihkan untuk pengembangan infrastruktur digital.

"Bank digital pada umumnya menargetkan segmen nasabah yang lebih besar dan mengutamakan kemudahan transaksi," ucap dia.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merupakan salah satu bank konvensional yang melahirkan bank digital dengan nama BCA Digital yang beroperasi tanpa kantor cabang.

CEO BCA Digital Lanny Budiati sempat mengatakan, bank digital kini memiliki peluang yang besar untuk diadaptasi oleh masyarakat, terutama generasi muda dan para digital savvy (orang yang erat dengan teknologi digital).

"Adanya PPKM atau tidak, trennya sekarang memang lebih ke transaksi yang mudah dan terdigitalisasi. Masyarakat tidak kemana-mana, mereka lebih memilih untuk bertransaksi di telepon genggam dan PPKM mendorong digitalisasi termasuk layanan perbankan," kata Lanny dalam jumpa pers daring beberapa waktu lalu.

BCA Digital merupakan salah satu bank yang sedang mendaftar untuk mendapatkan izin sebagai bank digital di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sementara itu, terdapat tujuh bank digital yang telah mengantongi izin OJK saat ini, yakni MotionBanking dari PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), Jenius dari PT Bank BTPN Tbk (BTPN), Wokee dari PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), Digibank milik Bank DBS, TMRW dari Bank UOB, serta Jago milik PT Bank Jago Tbk (ARTO).

Berbeda dengan bank digital, bank dengan layanan digital adalah bank umum atau konvensional yang dilengkapi dengan kemampuan digital banking seperti internet atau mobile banking, mulai dari on boarding nasabah atau pembuatan rekening, sampai dengan transaksi bahwa pengelolaan investasi melalui digital channel.

Kendati demikian, bank tersebut tetap mempunyai layanan fisik yang cukup banyak, seperti ATM dan cabang atau kantor kas untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang lebih beragam dan kompleks.

Bank umum atau konvesional dengan kapasitas layanan digital pada umumnya mempunyai segmentasi nasabah yang lebih luas, mulai dari payroll, mass, emerging affluent, premier, bahkan private dengan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda bagi setiap segmentasi.

Berdasarkan hasil riset internal yang dilakukan Bank OCBC NISP, nasabah affluent (premier dan private banking) cenderung ingin memiliki kebebasan dan fleksibilitas dalam berinteraksi dengan bank, baik itu secara daring atau online melalui internet banking atau mobile banking, maupun secara offline lewat kantor cabang dan ATM.

Hal tersebut untuk mengakomodir kebutuhan mereka yang beragam, mulai dari kebutuhan yang sederhana seperti transaksi untuk kebutuhan sehari-hari, maupun yang lebih kompleks untuk berdiskusi dengan bank terkait pengelolaan keuangannya.

Oleh karenanya, aplikasi mobile yang dimiliki oleh bank umum dengan kapasitas layanan digital dapat digunakan oleh semua segmen, sebagai contoh adalah ONe Mobile, yaitu aplikasi mobile dengan manajer keuangan komprehensif, di mana semua transaksi yang biasa dilakukan dengan bank bisa dilakukan dengan satu aplikasi tersebut.

Manfaat layanan digital

Ilustrasi transaksi perbankan digital / Shutterstock

Layanan digital dalam suatu bank nyatanya memiliki beragam manfaat, salah satunya yakni memberikan kesempatan bagi nasabah untuk memiliki produk keuangan yang lebih komprehensif, seperti dalam berinvestasi.

Sebagai contoh, nasabah di Bank OCBC NISP dapat melakukan pembelian reksa dana mulai dari Rp10.000 sampai dengan mengajukan pembiayaan, baik untuk kebutuhan kepemilikan rumah dan pembukaan layanan perbankan lainnya.

Selain itu, melalui layanan digital, nasabah juga memiliki fleksibilitas dalam berinteraksi dengan bank sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Layanan digital turut menjadikan bank bisa memberikan fasilitas yang disesuaikan dengan segmennya, sehingga nasabah atau calon nasabah dapat menggunakan fasilitas dan layanan sesuai kebutuhan.

Adapun pengelolaan keuangan bank umum dengan layanan digital cenderung memiliki layanan perbankan yang dapat mengakomodir aspirasi keuangan di semua segmen.

Maka dari itu, perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan fasilitas maupun solusi perbankan yang ditawarkan antara bank digital dengan bank umum yang mempunyai kapabilitas layanan digital pun bisa berbeda dan beragam, serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik setiap segmen nasabah.

Transaksi Digital BRI

Ilustrasi digital banking BRI / Dok. BRI

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) alias BRI mencatatkan 5,7 miliar transaksi e-channel selama triwulan II-2021 seiring perubahan perilaku masyarakat menjadi transaksi digital selama pandemi COVID-19.

“Angka tersebut meningkat 33 persen (yoy) dibandingkan tahun 2020,” Direktur Konsumer BRI Handayani dalam keterangan resmi.

Handayani mengungkapkan seiring dengan meluasnya penggunaan transaksi e-channel oleh masyarakat, BRI terus memacu pengembangan digital banking, salah satunya melalui BRImo.

Mengangkat tema #SemuaPakeBRImo yang bermakna semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses layanan keuangan dengan mudah, aman, dan nyaman, BRI sukses mendorong minat nasabah untuk memaksimalkan penggunaan BRImo.

“BRImo pun menjadi penyumbang besar transaksi e-channel BRI, hal tersebut dibuktikan dengan tercapainya 1,89 miliar transaksi selama triwulan II-2021 dengan peningkatan transaksi sebesar 65 persen (yoy),” ujarnya.

Menurutnya, fitur transaksi menjadi salah satu kunci utama BRI menarik minat masyarakat menggunakan BRImo. Pada awal 2020 hanya ada 50 fitur di BRImo dan kini telah mencapai lebih dari 100 fitur.

BRI berfokus dalam menyediakan akses mudah untuk aktivitas dasar perbankan, dari pembukaan rekening secara digital hingga transaksi sehari-hari seperti pembayaran BPJS, reload paket data, top up e-wallet, hingga pembayaran tagihan.

Selain itu BRI belum lama ini juga telah merilis fitur pembukaan rekening baru melalui BRImo dengan menyiapkan KTP dan NPWP, dan data diri. Nasabah dapat memilih jenis rekening dan lokasi kantor cabang BRI terdekat dari domisili. Setelahnya, nasabah melakukan video recording untuk memenuhi tahap verifikasi. Rekening baru dapat diaktifkan dengan melakukan setoran awal. Terakhir, nasabah bisa membuat akun BRImo agar dapat mengunakan segala fasilitas perbankan BRI secara finansial.

“Hingga akhir tahun 2021 ini kami terus menambah dan melengkapi fitur pembayaran institusi, pembelian voucher games, integrasi dengan platform pembelian tiket, dan lain sebagainya sehingga kurang lebih ada 150 fitur baru di BRImo” tutur dia.

Selain fitur BRI juga memperbaiki tampilan BRImo yang semakin dinamis sehingga lebih menarik, modern, dan user friendly. Dengan beragam fitur, pengguna BRImo pun meningkat sebesar 107% yoy pada Juni 2021.