Nampak sejumlah petani sayur yang merawat tanaman di lahan milik PT Angkasa Pura Bandara Soekarno Hatta, Kota Tangerang, Selasa 7 Juni 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Bank Dunia Guyur Kementerian Pertanian Rp1,48 Triliun untuk Proyek ICARE

  • Bank Dunia menyetujui suntikan dana senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,48 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar Amerika Serikat) kepada Kementerian Pertanian
Nasional
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

WASHINGTON – Bank Dunia menyetujui suntikan dana senilai US$100 juta atau setara dengan Rp1,48 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar Amerika Serikat) kepada Kementerian Pertanian. 

Pinjaman tersebut diperuntukkan untuk mengembangkan berbagai model untuk mendukung rantai nilai pertanian yang berkelanjutan dan inklusif di sembilan lokasi terpilih melalui program Pengembangan Rantai Nilai Pertanian (ICARE). Proyek ICARE telah disetujui oleh Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia pada 9 Juni 2022 dan mulai efektif berjalan pada 5 September 2022. 

“Kementerian Pertanian saat ini memprioritaskan lima bidang utama untuk mendukung pengembangan sistem pangan, yaitu peningkatan produktivitas, diversifikasi, logistik, modernisasi pertanian, serta promosi ekspor," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan pers, Jumat 9 September 2022. 

Menurut data, sekitar 43% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perdesaan dan hampir 29% tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian. Produksi pertanian primer menyumbang 13,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2020. 

Fakta lainnya, sekitar 10% rumah tangga pertanian dikepalai oleh perempuan. Sementara sekitar 24% dari seluruh jumlah petani adalah perempuan. 

Sayangnya, rata-rata petani perempuan memiliki ukuran lahan lebih kecil dibandingkan lahan yang dimiliki laki-laki. Kurang-lebih setengah jumlah petani di Indonesia adalah petani berskala kecil – dengan penghasilan rata-rata buruh tani sekitar US$3,2 per hari alias tergolong kelompok rentan terhadap guncangan iklim. 

Di sisi lain, harga pangan di Indonesia – khususnya komoditas bergizi tinggi seperti buah-buahan dan sayuran, termasuk yang tertinggi di antara negara-negara tetangga. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, seperti tingginya biaya produksi, pengolahan dan distribusi, serta tingginya jumlah kehilangan pangan di sepanjang rantai pasokan disebabkan konektivitas dan infrastruktur logistik yang tidak memadai. 

Untuk menjawab itu, proyek ICARE didesain untuk mengembangkan model rantai nilai yang baik di kawasan pertanian terpilih untuk membantu petani beradaptasi secara lebih baik terhadap perubahan iklim. Serta mengurangi jejak karbon di beberapa rantai nilai terpilih. 

Proyek ICARE juga bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan sektor publik maupun swasta untuk mewujudkan pertanian dan rantai nilai yang cerdas iklim di lokasi sasaran proyek.

Aspek pembelajaran dan manajemen pengetahuan pada proyek ini memastikan bahwa model yang berhasil dikembangkan akan didokumentasikan dengan baik untuk mendukung replikasi dan perluasan cakupan di masa mendatang.