Ilustrasi Bank Dunia.
Makroekonomi

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,1 Persen pada 2024-2026

  • Menurut laporan Indonesia Economic Prospects dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1% pada 2024 hingga 2026.
Makroekonomi
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA – Bank Dunia memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh stabil selama dua tahun ke depan. Stabilitas ini didukung oleh peningkatan dalam belanja publik, investasi, dan permintaan konsumen.

Menurut laporan Indonesia Economic Prospects dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1% pada 2024 hingga 2026. Namun, ini dapat terhambat akibat penurunan harga komoditas, kenaikan harga pangan dan energi, serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik.

“Kesuksesan kinerja perekonomian Indonesia sebagian besar berkat kerangka kebijakan makroekonomi pemerintah yang kuat, yang membantu menarik investasi,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk dalam alam acara Unleashing Indonesia’s Business Potential di Energy Building, Jakarta, pada Senin, 24 Juni 2024.

“Oleh karena itu, Indonesia perlu mempertahankan kebijakan makro yang bijaksana, kredibel, dan transparan. Sekaligus menciptakan ruang fiskal yang memungkinkan pembelanjaan prioritas pada perlindungan sosial dan investasi pada sumber daya manusia dan infrastruktur,” ujarnya.

Ia juga menyoroti kenaikan harga pangan yang telah mendorong inflasi utama baru-baru ini, meskipun inflasi masih berada dalam rentang target sasaran Bank Indonesia.

Harga konsumen naik 2,8% pada Mei 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, naik dari 2,6% tahun ke tahun pada Januari.

“Kondisi iklim yang buruk mengurangi panen padi dalam negeri dan berdampak pada harga pangan secara keseluruhan. Inflasi umum diperkirakan rata-rata sekitar 3% pada tahun 2024,” terang dia.

Peningkatan suku bunga Bank Indonesia pada April lalu menjadi 6,25%, yang merupakan level tertinggi sejak 2016, berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi domestik. Kenaikan ini terjadi di saat negara-negara maju menunda penurunan suku bunga.

Akibatnya, terjadi aliran dana keluar dari portofolio dan investasi serta tekanan nilai rupiah. Sementara itu, pemerintah meningkatkan belanja sosial dan investasi publik, meskipun pendapatan menurun akibat pelemahan harga komoditas. Meskipun demikian, utang pemerintah diperkirakan akan tetap stabil.

Ia mengatakan, untuk menjaga pertumbuhan, laporan Bank Dunia menyoroti empat tantangan struktural Indonesia. Pertama, meningkatnya konsentrasi di sektor manufaktur. Kedua, perlambatan dalam pengurangan kesenjangan pendapatan regional. Ketiga, lemahnya pertumbuhan upah dan meningkatnya kesenjangan sejak pandemi Covid-19.

Keempat, terbatasnya mobilitas geografis tenaga kerja, yang membuat peningkatan standar hidup menjadi lebih sulit.

“Bagian kedua dari laporan ini berfokus pada jalur Indonesia menuju ekonomi yang lebih dinamis dan produktif, serta mencapai tujuannya untuk beralih dari negara berpendapatan menengah ke negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045,” jelasnya.

Peningkatan investasi dan dinamisme sektor swasta diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan jangka panjang.

“Hal ini memerlukan reformasi peraturan yang membantu membuka pasar dan meningkatkan produktivitas perusahaan di bidang manufaktur dan jasa,” tandasnya.