<p>Bank Ina Perdana. / Facebook @bankina.co.id</p>
Industri

Bank Ina Milik Anthoni Salim Revisi Target Akibat COVID-19

  • JAKARTA – PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) milik konglomerat Anthoni Salim akan merevisi target rencana bisnis bank (RBB) tahun ini akibat dampak pandemi COVID-19. “Dampak pandemi menyebabkan adanya revisi RBB tahun ini,” ungkap Direktur Utama BINA Daniel Budirahaju kepada TrenAsia.com, Selasa, 30 Juni 2020. Daniel mengakui, penyaluran kredit bank yang ditargetkan tumbuh dua digit, […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) milik konglomerat Anthoni Salim akan merevisi target rencana bisnis bank (RBB) tahun ini akibat dampak pandemi COVID-19.

“Dampak pandemi menyebabkan adanya revisi RBB tahun ini,” ungkap Direktur Utama BINA Daniel Budirahaju kepada TrenAsia.com, Selasa, 30 Juni 2020.

Daniel mengakui, penyaluran kredit bank yang ditargetkan tumbuh dua digit, harus turun menjadi satu digit, yakni 7%-9%.

“Kami akan ajukan ke OJK revisi kredit 2020, dari dua digit menjadi 7 persen sampai 9 persen,” katanya.

Adapun kredit bank dengan kode saham BINA tersebut masih tumbuh 53% secara year-on-year (yoy) dari Rp1,68 triliun per Maret 2019 menjadi Rp2,5 triliun pada Maret 2020.

Sedangkan dari sisi likuiditas, Daniel mengatakan loan to deposit ratio (LDR) bank masih berada pada level longgar, yakni 68,24% pada Maret 2020.

Di samping itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) juga masih kuat di level 37,84% per Maret 2020.

Tekan Beban dan Aksi Korporasi

Saat ini, ujar Daniel, perseroan akan fokus pada pendapatan bunga dengan terus berupaya menekan biaya bunga atau cost of fund (CoF) melalui reprofiling deposito dan meningkatkan porsi dana murah (CASA).

“Bank Ina juga akan menjaga rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional dengan membatasi pengeluaran yang tidak perlu,” katanya.

Selain itu, Daniel juga mengungkapkan tidak ada rencana penerbitan obligasi atau rights issue pada tahun ini.

“Sementara pada tahun ini, kami tidak ada rencana penerbitan obligasi atau rights issue,” ungkapnya.

Meskipun demikian, ia mengungkapkan ada rencana penambahan modal pada tahun depan. Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BINA harus menambah modal hingga Rp2 triliun.

Sedangkan saat ini, katanya, total modal perseroan baru Rp1,1 triliun. “Masih dibutuhkan modal sebanyak Rp900 miliar untuk memenuhi ketentuan regulator,” kata Daniel. (SKO)