Bank Indonesia Sabet Penghargaan Pengelola Cadangan Devisa Terbaik Dunia
Bank Indonesia (BI) memiliki peran sentral dalam pengelolaan cadangan devisa negara di masa pandemi COVID-19 ini. Kinerja BI dalam meningkatkan cadangan devisa hingga US$138 miliar per Januari 2021 diganjar penghargaan internasional.
Industri
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memiliki peran sentral dalam pengelolaan cadangan devisa negara di masa pandemi COVID-19 ini. Kinerja BI dalam meningkatkan cadangan devisa hingga US$138 miliar per Januari 2021 diganjar penghargaan internasional.
Bank sentral Indonesia ini meraih penghargaan Reverse Manager of year dari Central Banking Publications (CBP). Penghargaan ini dilihat dari performa bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta terobosan kebijakan moneter melalui portofolio cadangan devisa dual tranche berbagi aset dan mata uang.
Dual tranche sendiri ialah pengeolaan dengan tujuan investasi dan untuk memenuhi likuiditas melalui hal tersebut, BI dinilai dapat krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19.
“Pencapaian tersebut mencerminkan reformasi yang menempatkan kerangka pengelolaan cadangan devisa baru sebagai bagian integral dari bauran kebijakan,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Devisa BI Hariyadi Ramelan dalam keterangan resminya, Selasa 16 Maret 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Cadangan devisa yang dimiliki BI per Januari 2021 setara dengan 12,5% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan dapat membiayai 10 bulan impor. Cadangan tersebut menurut CBP melebihi standar kecukupan minimum yang ditetapkan CBP, yakni pembiayaan tiga bulan impor.
Hariyadi Ramelan menyampaikan, krisis COVID-19 menjadikan posisi cadangan devisa yang optimum menjadi sangat penting di tengah kondisi ketidakpastian. Meski, pengelolaan cadangan devisa selalu berbanding lurus dengan biaya pengelolaannya.
BI pun menyiasati hal tersebut dengan diversifikasi yang tepat selama masa pandemi COVID-19 ini. “Oleh karena itu, diversifikasi menjadi aset non-pemerintah sebagai cara untuk memperoleh pengembalian yang lebih tinggi, yang sejalan dengan itu meningkatkan kebutuhan untuk juga melestarikannya,” katanya, Selasa 16 Maret 2021.
Sejumlah catatan penting penanganan krisis COVID-19 yang dilakukan BI ialah skema burden sharing atau berbagai pada April dan Juli 2020. Surat Keputusan Bersama (SKB) menyetujui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebagai pembelian nonkompetitif pada April 2020.
Pemerintah dan BI di Bulan Juli 2020 mencapai kesepakatan berbagi beban anggaran penanganan COVID-19 yang mencapai Rp903,46 triliun. BI dalam hal ini menanggung beban belanja publik sebesar Rp397.65 triliun.
Kerja sama strategis di masa krisis tersebut yang disoroti oleh CBP. Kinerja BI dalam melakukan pembiayaan dan peningkatan cadangan yang pesat pada pandemi ini diakui CBP terbaik di antara 140 bank sentral lainnya. Penghargaan ini sebelumnya dimenangkan oleh Swiss National Bank pada 2019 lalu.
Survei Central Banking reserve Benchmark 2020 menyebut, 64,9% dari 37 bank sentral dunia melebur cadangan devisanya untuk penanganan COVID-19. Pengeluaran cadangan devisa tersebut meningkat hingga 90% dibandingkan tahun sebelumnya, baik itu di negara berpenghasilan menengah ke atas, menengah ke bawah, dan berpenghasilan rendah sekali pun. (SKO)