<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Bank Indonesia Sudah Guyur Quantitative Easing Rp694,9 Triliun

  • JAKARTA – Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan likuiditas atau quantitative easing (QE) di perbankan sebesar Rp694,87 triliun hingga 15 Desember 2020. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut dana tersebut bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar Rp155 triliun dan ekspansi moneter Rp524,07 triliun. Menurutnya, hal ini dilakukan sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan likuiditas atau quantitative easing (QE) di perbankan sebesar Rp694,87 triliun hingga 15 Desember 2020.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut dana tersebut bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar Rp155 triliun dan ekspansi moneter Rp524,07 triliun. Menurutnya, hal ini dilakukan sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif.

“Kondisi likuiditas tetap longgar sehingga mampu mendukung pembiayaan perekonomian,” ungkapnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual, Kamis, 17 Desember 2020.

Perry menjelaskan, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 31,52% pada November 2020. Selain itu, rata-rata suku bunga PUAB overnight juga rendah, yakni 3,20% pada periode ini.

Longgarnya likuiditas ini, kata dia, berkontribusi pada penurunan suku bunga deposito dari 4,93% menjadi 4,74%. Selain itu, suku bunga kredit modal kerja juga turun dari 9,38% pada Oktober 2020 menjadi 9,32% pada November 2020.

Ke depan, ia memperkirakan penurunan suku bakal berlanjut seiring dengan rendahnya suku bunga acuan BI.  Seperti diketahui, suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) saat ini ada di level 3,75%.

Perry memutuskan untuk mempertahankan level tersebut sama seperti posisi bulan sebelumnya. Selain itu, suku bunga Deposit Facility juga tetap di level 3% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,5%.

Menurutnya, keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang tetap terjaga. Adapun imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun dari 6,16% pada akhir November, menjadi 6,07% pada 16 Desember tahun ini.

Kemudian dari sisi besaran moneter, pertumbuhan uang beredar per November 2020 tercatat tetap tinggi, yaitu 15,8% year-on-year (yoy) dan 12,2% yoy.

Ke depan, Perry bilang ekspansi moneter dan percepatan realisasi anggaran akan terus diupayakan untuk mendorong penyaluran kredit bagi pemulihan ekonomi nasional. (SKO)