Industri

Bank BJB Paling Top, Bank DKI Paling Buncit. Ini Buktinya!

  • JAKARTA- DKI Jakarta sebagai provinsi dengan APBD terbesar di Indonesia rupanya kalah mentereng ketimbang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Paling tidak hal itu tergambar dari bisnis bank-bank yang dimiliki propinsi besar di pulau Jawa. Dari data laporan keuangan semester I 2020 sejumlah bank daerah yang telah dirilis di Bursa Efek Indonesia, Bank Jabar-Banten menjadi yang […]

Industri
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- DKI Jakarta sebagai provinsi dengan APBD terbesar di Indonesia rupanya kalah mentereng ketimbang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Paling tidak hal itu tergambar dari bisnis bank-bank yang dimiliki propinsi besar di pulau Jawa.

Dari data laporan keuangan semester I 2020 sejumlah bank daerah yang telah dirilis di Bursa Efek Indonesia, Bank Jabar-Banten menjadi yang terdepan dalam soal cuan atau perolehan laba bersih.

Meski hampir semua bank mengalami penurunan laba, namun yang patut disyukuri dalam situasi pandemi COVID-19 ini semua bank daerah tetap untung ratusan miliar rupiah. Begini gambarannya;

Bank BJB Terbesar

Di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) tampil superior di semester I 2020. Laba bersihnya mencapai Rp848,61 miliar, melonjak dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp802,60 miliar. Asetnya juga naik dari Rp123,53 triliun di akhir 2019 menjadi Rp125,31 triliun Juni lalu.

Sampai Juni 2020, bank ini telah mencairkan kredit senilai Rp84,01 triliun. Pencadangan kreditnya sebesar Rp1,81 triliun. Di periode sama tahun lalu kredit Bank BJB Rp81,18 triliun dengan pencadangan sebesar Rp705,30 miliar.

Mayoritas kredit bank ini mengalir ke sektor konsumsi senilai Rp 70,36 triliun. Sektor kredit ini seperti Guna Bhakti, Prab Purna Bhakti dan Purba Bhakti.

Total simpanan nasabah di Bank BJB mencapai Rp90,61 triliun, meningkat dibandingkan dengan periode sama tahun 2019 sebesar Rp83,56 triliun

Laba Bank Jateng Naik

Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah tergolong sukses menjadikan bank Jateng sebagai kampiun. Sampai semester I 2020 ini, laba bersih bank ini tetap tumbuh menjadi Rp815,41 miliar, dibandingkan Rp705,07 miliar semester I 2019.

Aset bank Jateng juga tetap tumbuh ditengah Pandemi COVID-19. Dari Rp71,86 triliun akhir 2019 menjadi Rp 72,58 triliun. Kredit yang disalurkan bank ini mencapai Rp47,48 triliun dengan pencadangan sebesar Rp1,98 triliun. Setahun lalu kredit Bank Jateng mencapai Rp 47,91 triliun dengan pencadangan Rp1,03 triliun.

NPL Bruto periode ini 3,71 persen dan NPL Nett 0,87 persen. Seperti halnya Bank Pembangunan Daerah lainnya, sektor konsumer menjadi penarik kredit terbesar di bank ini, hampir Rp32,36 triliun.

Bagaimana simpanan nasabah? Angkanya di semester I 2020 ini mencapai Rp57,87 triliun, meningkat ketimbang periode sama tahun lalu sebesar Rp49,30 triliun.

Simpanan Nasabah Bank Jatim Naik

Jawa Timur yang di nakodai Kofifah Indar Parawansa punya bank Jatim dengan aset sebesar Rp75,24 triliun. Pada paruh pertama 2020 bank ini mencatatkan laba bersih Rp770,15 miliar, turun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp816,16 miliar.

Meski labanya turun, secara bisnis pendapatan bunga dan syariah dari Bank Jatim justru naik. Dari Rp2,81 triliun menjadi Rp2,96 triliun (year on year/yoy).

Kredit yang disalurkan bank ini naik dari Rp37,37 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp37,95 triliun paruh pertama tahun ini. Nilai pencadangan kredit yang disisihkan Bank Jatim melonjak, dari Rp980,13 miliar menjadi Rp1,22 triliun. Kredit terbesar mengalir ke sektor rumah tangga/konsumer sebesar Rp25,80 triliun.

Yang menggembirakan juga simpanan nasabah di bank Jatim pada paruh pertama tahun ini bertambah hampir Rp3,5 triliun menjadi Rp64,01 triliun. Sekitar Rp23,03 triliun duit simpanan itu berasal afiliasi.

Aset Bank DKI Kempes

Bank DKI di bawah Gubenur Anies Baswedan di semester I-2020 hanya meraih laba sebesar Rp274,59 miliar, turun dibandingkan periode sama tahun 2019 sebesar Rp464,93 miliar. Sementara asetnya turun lebih dalam lagi. Dari Rp55,60 triliun di akhir 2019 menjadi Rp47,50 triliun pada akhir Juni 2020.

Dari laporan keuangan di BEI, Bank DKI mencatat kredit sebesar Rp30,10 triliun di semester I 2020, berbanding Rp36,87 triliun semester satu 2019. Jumlah kredit sebesar itu sudah dipangkas dengan pencadangan kredit bermasalah yang melonjak jadi Rp1,29 triliun berbanding Rp548,57 miliar.

Rasio penyaluran kredit macet atau non performing loan (NPL) gross dan NPL net masih terjaga di level 3,54% dan 0,86%. Kredit bank DKI ini hampir 50 persen atau Rp15,20 triliun mengalir ke sektor konsumer.

Paruh pertama tahun ini simpanan nasabah Bank DKI tercatat turun Rp2,73 triliun menjadi Rp33,42 triliun.

Direktur Kredit UMK & Usaha Syariah Bank DKI Babay Parid Wazdi mengatakan, pihaknya optimistis dapat menumbuhkan penyaluran kredit setelah mendapatkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp2 triliun.

“Kami akan terus mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk transaksi perbankan melalui aplikasi JakOne Mobile. Nasabah dapat membuka simpanan deposito dan tabungan dengan aplikasi tersebut, tanpa harus datang ke kantor cabang Bank DKI,” ujarnya.