Laba Bank Mandiri Semester I-2020 Anjlok 23,4% Jadi Rp9,8 Triliun
JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau Bank Mandiri mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp9,8 triliun pada semester I-2020. Laba tersebut turun 23,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp12,8 triliun. Namun, pendapatan bank pelat merah ini masih mengalami peningkatan meski tipis 0,5% dari Rp37,1 triliun per Juni […]
Industri
JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau Bank Mandiri mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp9,8 triliun pada semester I-2020. Laba tersebut turun 23,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp12,8 triliun.
Namun, pendapatan bank pelat merah ini masih mengalami peningkatan meski tipis 0,5% dari Rp37,1 triliun per Juni 2019 menjadi Rp37,3 triliun per Juni 2020. Pendapatan tersebut diikuti oleh beban bunga dan beban syariah, meningkat 3,1% menjadi Rp12,2 triliun per semester I 2020. Pada periode yang sama tahun 2019, beban bunga dan beban syariah sebesar Rp12,6 triliun.
Meskipun demikian, penyaluran kredit Bank Mandiri masih tumbuh meski di tengah pandemi COVID-19. Hal ini terlihat dari laju penyaluran kredit konsolidasi yang meningkat 4,38% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp871,7 triliun pada paruh pertama tahun ini.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dari capaian tersebut secara bank only, laju penyaluran kredit produktif perseroan mencapai 4,23% (yoy) menjadi Rp585,3 triliun. Adapun rinciannya, terdiri atas kredit modal kerja Rp306,4 triliun dan kredit investasi Rp279,0 triliun. Di sisi lain, kredit konsumsi juga tumbuh 3,56% (yoy) menjadi Rp169,5 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengungkapkan, saat ini salah satu fokus penyaluran kredit perseroan, yakni untuk membantu para pelaku usaha terdampak COVID-19 dalam mengembalikan kapasitas produksi yang sempat menurun akibat pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi yang diberlakukan di sebagian besar wilayah Indonesia.
“Dengan adanya pelonggaran kebijakan pembatasan, kami berharap Bank Mandiri dapat turut serta memulihkan perekonomian Indonesia,” ujarnya dalam konferensi daring, Rabu, 19 Agustus 22020.
Di samping itu, lanjut Royke, pihaknya terus memastikan strategi pertumbuhan yang konservatif melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan analisis sektor yang cermat dalam penyaluran kredit melalui rasio kredit bermasalah atau non-performing-loan (NPL) di level 3,28%.
Ketidakpastian Ekonomi
Lebih lanjut, untuk mengantisipasi potensi ketidakpastian ekonomi ke depan, Bank Mandiri juga membangun pencadangan untuk memastikan terjaganya kualitas aset. Per Juni 2020, rasio coverage CKPN konsolidasi berada di kisaran 195,5%.
Meski pencadangan meningkat, Royke menjelaskan bahwa likuiditas perseroan berada pada level yang aman dan dapat mendukung skenario ekspansi perseroan. Hal ini didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi yang mencapai 15,82% (yoy) sebesar Rp976,6 triliun dengan komposisi dana murah atau CASA mencapai 61,9%.
Pada periode ini, asetperseroan meningkat 9,1% (yoy) sebesar Rp1.359,4 triliun dibandingkan aset per Juni 2019 sebesar Rp1,235 triliun.
“Kami berharap berbagai kebijakan pemerintah yang didukung oleh berbagai elemen, termasuk industri keuangan, dapat menggeliatkan kembali perekonomian domestik,” kata Royke.