<p>Ahmad Hilmy Almusawa (22) penyandang tuna netra menyiapkan pesanan kopi untuk pelanggan di gerainya &#8220;Mata Hati Koffie&#8221;, kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. Meski dalam situasi pandemi, Hilmy yang sudah mengalami kebutaan sejak umur 12 tahun ini tetap semangat meracik kopi dengan hati di gerai miliknya sendiri tersebut. Omset yang menurun tidak serta merta menurunkan semangatnya untuk tetap menjalankan bisnisnya dengan sepenuh hati melayani setiap penikmat kopi yang datang tak terkecuali pelanggan setianya. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Bank Mandiri: Digitalisasi Jadi Kunci Sukses UMKM Selamat Kala Pandemi

  • Akses terhadap pasar digital dapat membantu UMKM meningkatkan pendapatan usaha. Selain itu, pelaku usaha juga dapat memilih strategi bertahan yang lebih efisien.

Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Emiten pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melalui Survei Mandiri Institute menegaskan kembali pentingnya akses digital bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Hasil survei yang dilakukan per Agustus 2020 tersebut mengungkapkan, usaha yang memiliki akses digital, baik penjualan atau pemasaran online dapat meminimalisasi turunnya omzet usaha, serta memiliki durasi bertahan lebih baik.

Survei dilakukan terhadap 320 UMKM dengan wilayah persebaran di Pulau Jawa (53%), Kalimantan (30%), Sumatra (11%), Bali dan Nusa Tenggara Barat (4%), serta Sulawesi (4%).

“Hasilnya, mayoritas responden bergerak pada sektor perdagangan 34 persen dan restoran 28 persen. Sebanyak 57 persen responden mempunyai akses digital dan sisanya hanya mengandalkan penjualan secara offline,” tulis tim survei dalam keterangan tertulis, Senin, 28 September 2020.

Diketahui, survei tersebut merupakan kelanjutan dari sebelumnya yang dilangsungkan pada Mei 2020 untuk melihat dampak pandemi dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terhadap UMKM.

Menurut tim survei, akses terhadap pasar digital dapat membantu UMKM meningkatkan pendapatan usaha. Selain itu, pelaku usaha juga dapat memilih strategi bertahan yang lebih efisien.

Pasalnya, sebanyak 9% UMKM dengan akses digital melaporkan adanya kenaikan omzet usaha. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan UMKM offline yang hanya 4%. Selain itu, persentase usaha yang mengalami penurunan omzet 30%-50% juga lebih rendah bagi UMKM online.

Strategi Bertahan

Kemudian, dikatakan bahwa UMKM dengan akses digital melakukan strategi bertahan yang lebih bervariasi dalam menghadapi dampak pandemi. Tercatat 16% UMKM dengan akses digital melakukan modifikasi produknya, 18% melakukan optimisasi penjualan online, dan hanya 11% yang melakukan restrukturisasi kredit.

Sementara itu, sebagian besar UMKM tanpa akses digital 26% mengandalkan restrukturisasi utang sebagai strategi bertahan yang utama.

Para pelaku usaha saat ini dinilai masih membatasi operasional usahanya akibat pandemi. Sebanyak 66% responden pada survei Agustus 2020, menyatakan masih membatasi operasional dengan cara menurunkan kapasitas produksi, mengurangi jam operasional, atau hanya menjalan lini penjualan.

“Yang telah menjalankan usaha secara normal mencapai 28 persen, sedangkan sisanya menghentikan usaha secara sementara atau permanen,” tambahnya.

Diungkapkan, mayoritas responden mengaku mengalami keterbatasan modal usaha (43%) dan kekhawatiran mengenai prospek usaha ke depan (24%). Hal itu menjadi alasan utama penghentian atau pembatasan usaha. Selain itu, turunnya permintaan juga menjadi faktor bagi sehingga operasionalnya menjadi terbatas.

“Ketidakpastian ekonomi ke depan, menyebabkan UMKM berhati-hati untuk kembali menjalankan bisnis secara normal. Mereka pun kurang tertarik mengajukan pinjaman baru dari lembaga keuangan,” terang Mandiri Institute. (SKO)