Bank Mandiri Paparkan Beragam Komitmen Perseroan untuk Dukunga Net Zero Emissions
- Sebagai agen pembangunan, Bank Mandiri turut berperan aktif dalam mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan.
Perbankan
JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), sebagai bank pelat merah yang memimpin dalam pembiayaan berkelanjutan, memaparkan beragam komitmen untuk mendukung target net zero emissions (NZE) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pada 2060.
Peran Bank Mandiri dalam Dekarbonisasi
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar menjelaskan bahwa Bank Mandiri telah melakukan berbagai langkah untuk efisiensi energi, salah satunya melalui transformasi digital.
“Bank Mandiri telah berinovasi dengan layanan digital seperti SuperApps Livin’ dan Kopra yang membantu meningkatkan efisiensi energi di sektor perbankan,” ujar Alexandra melalui pernyataan tertulis yang diterima TrenAsia, Senin, 9 September 2024.
- 10 Tips Life Hack dengan Memanfaatkan AI, Bisa Bikin Hidup Lebih Mudah!
- Punya Usaha Sukses di Berbagai Sektor, Berikut 10 Orang Terkaya di Dunia
- 6 Tips Mengelola Gaji Bulanan untuk Generasi Sandwich
Strategi Bank Mandiri untuk Transisi Energi
Selain digitalisasi, Bank Mandiri juga mulai menerapkan strategi untuk mengimbangi jejak karbonnya, termasuk pembelian kredit karbon dan investasi pada proyek-proyek karbon seperti restorasi lahan dan konservasi lingkungan.
Alexandra mengatakan, sebagai agen pembangunan, Bank Mandiri turut berperan aktif dalam mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan.
Alexandra menambahkan, pendekatan yang diambil Bank Mandiri untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan berfokus pada klien. "Kami memimpin transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon melalui pendekatan berbasis klien," katanya.
Pembentukan ESG Desk untuk Pembiayaan Berkelanjutan
Untuk memperkuat komitmennya, Bank Mandiri telah membentuk ESG Desk, sebuah unit khusus yang menawarkan produk keuangan berkelanjutan seperti Sustainability Linked Loan (SLL), pembiayaan bagi perusahaan yang sedang bertransisi menuju praktik hijau, serta produk keuangan hijau lainnya.
Melalui ESG Desk ini, Bank Mandiri aktif menggelar berbagai diskusi, forum, dan seminar dengan nasabah korporatnya, seperti PLN Group, Pertamina Group, Semen Indonesia Group, Sinarmas Group, dan lainnya.
Bank Mandiri juga memperluas dukungan pembiayaan hijau di sektor ritel dengan meluncurkan produk seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hijau dan reksa dana hijau, yang disambut positif oleh masyarakat dan nasabah.
Tantangan Menuju Ekonomi Rendah Karbon
Namun, Alexandra juga mengakui bahwa perjalanan Indonesia menuju ekonomi rendah karbon tidaklah mudah. Tantangan utama yang dihadapi adalah ketergantungan Indonesia yang telah lama pada bahan bakar fosil. Transisi menuju energi terbarukan membutuhkan waktu dan upaya yang konsisten.
Meski begitu, Alexandra tetap optimis mengingat Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat besar, seperti tenaga surya, angin, dan air. Bank Mandiri pun siap memanfaatkan potensi ini untuk mendukung upaya transisi energi di tanah air.
- GOTO Tarik Saham Treasuri, Apa Dampak Jangka Panjangnya?
- Peringkat Emiten Asuransi di Indonesia Berdasarkan Market Cap: Siapa Pemimpinnya?
- Bernadya dan Tulus akan Tampil di Solo, Simak Jadwal dan Tiketnya
Dukungan Regulasi dan Kebijakan
Untuk mewujudkan transisi energi yang lebih cepat, Alexandra menekankan pentingnya dukungan regulasi dan kebijakan yang tepat.
Salah satu mekanisme yang diusulkan adalah insentif dan disinsentif, seperti subsidi dan pajak karbon, yang dapat mendorong perusahaan-perusahaan untuk beralih ke praktik berkelanjutan.
Menurut Alexandra, dengan adanya insentif yang mendukung, bisnis yang menghasilkan emisi tinggi akan terdorong untuk melakukan perubahan. Di sisi lain, perusahaan yang telah beralih ke praktik hijau juga akan mendapatkan keuntungan dari insentif tersebut.
"Saya yakin, dengan adanya regulasi dan kebijakan yang kuat, kita dapat menciptakan sinergi antara keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Keduanya dapat berjalan bersamaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan," tutup Alexandra.