<p>Pekerja melakukan bongkar muat semen di salah satu gudang distributor semen di Jalan Panjang Arteri Kelapa Dua Raya, Jakarta, Selasa, 1 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Belanja Infrastruktur 2021 Bisa Dongkrak Penjualan Semen Hingga 6%

  • Riset Bank Mandiri memprediksi penjualan semen sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang agresif dan insentif sektor properti.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Riset dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melaporkan penjualan semen domestik pada Februari 2021 tumbuh 0,8% year on year (yoy) menjadi 4,6 juta ton. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya -5,8% yoy dan Februari 2020 -5,9% yoy.

Melansir dari publikasi Mandiri Economic Review, lonjakan pertumbuhan ekspor membuat proporsi pasar ekspor semen meningkat jadi 17,5% pada Januari-Februari 2021 dari 7,7% pada Januari-Februari 2020. Meskipun belum signifikan mengangkat permintaan terhadap industri semen nasional.

“Kami memperkirakan penjualan semen domestik pada 2021 akan tumbuh antara 3 persen sampai dengan 6 persen,” tulis laporan tersebut Kamis, 18 Maret 2021.

Katalis positif peningkatkan penjualan semen pada 2021 yang pertama yakni proyek-proyek infrastruktur. Untuk diketahui, peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 untuk infrastruktur tumbuh sebesar 47,3%, atau menjadi Rp414 triliun.

Jumlah anggaran ini sudah lebih besar daripada realisasi anggaran infrastruktur APBN 2019 sebelum pandemi COVID-19 yang sebesar Rp399,8 triliun.

Kedua, program vaksinasi dan efektivitas vaksin yang diharapkan menciptakan ekspektasi positif terhadap kecepatan pemulihan ekonomi nasional.

Ketiga, insentif untuk sektor properti yakni pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Loan To Value (LTV) 100% yang diharapkan dapat mendorong sektor properti. Di sisi lain, faktor resiko penjualan semen pada 2021 adalah laju peningkatan kasus positif COVID-19 yang mengakibatkan pemulihan ekonomi berjalan lambat.

“Faktor resiko lain adalah persaingan yang sangat ketat yang bisa mengakibatkan perang harga.”