<p>Suasana pelayanan nasabah di kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Jum&#8217;at 29 Mei 2020. Bank Mandiri saat ini telah menerapkan serangkaian protokol untuk memulai skenario New Normal di masa pandemi COVID-19 sesuai dengan surat edaran Menteri BUMN  Nomor S-336/MBU/05/2020 tentang antisipasi skenarioThe New Normal Badan Usaha Milik Negara. Protokol tersebut saat ini telah disosialisasikan melalui kanal media komunikasi Bank Mandiri di seluruh kantor utama maupun cabang yang tersebar di dalam dan luar negeri. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Bank Mandiri Salurkan Dana PEN Lewat Fintech P2P Lending Investree, Ramalan AFPI Tepat!

  • Kerja sama ini sejalan dengan pernyataan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) beberapa waktu lalu.

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Investree Radhika Jaya (Investree) resmi menjadi entitas financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending yang di pilih pemerintah untuk menyalurkan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Penyaluran diberikan dari Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berlogo pita kuning, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kerja sama ini untuk memastikan penyaluran dana PEN tepat sasaran dan efektif.

Co-Founder sekaligus CEO Investree, Adrian Gunadi mengatakan dana PEN dari Bank Mandiri akan disalurkan kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Selama berdiri, Investree memang fokus memberikan akses pemodalan kepada pelaku UKM Tanah Air. Rencananya pendanaan akan dilaksanakan pada periode Juli hingga September 2020.

“Melalui dukungan infrastruktur yang andal, terutama dalam menyediakan data UKM yang membutuhkan dan memiliki potensi. Kami optimistis sinergi ini dapat berjalan optimal dan benar-benar tepat sasaran,” ujar Adrian melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin 7 September 2020.

Kelebihan Investree

Selain itu, Adrian yang juga Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengklaim pihaknya memiliki kelebihan dalam hal kecepatan pencairan dana pemodalan. Selain itu, lanjutnya, Investree juga memiliki sistem credit scoring yang modern dan akurat.

Sistem credit scoring yang dimiliki Investree, kata Adrian, sangat andal dan telah teruji dalam menyeleksi dan memilih UKM-UKM yang potensial. Benar saja, berdasarkan laman resminya, angka TKB90 atau Tingkat Keberhasilan Bayar pada hari ke-90 Investree masih mendekati level 100%.

Ia menambahkan, adanya kolaborasi dengan ekosistem digital dianggap sebagai salah satu strategi kunci penyaluran dana PEN yang efektif. Menurutnya, penyaluran dana PEN akan sangat baik dengan adanya kolaborasi strategis pada ekosistem digital. Contohnya seperti platform e-procurement, B2B marketplace, perusahaan agroteknologi, hingga logistik berbasis teknologi.

Executive Vice President Bank Mandiri, Agus Haryoto Widodo menyatakan sinergi ini sebagai inisiatif Bank Mandiri guna memperluas akses PEN melalui sarana digital. Harapannya, ke depan dapat terbentuk digital ekosistem pelaku UKM.

“Inisiatif non-konvensional ini sangat efektif di masa pandemi COVID-19 untuk mempercepat penyaluran PEN serta menjangkau pelaku UKM yang lebih luas. Sinergi ini juga menunjukkan komitmen kami untuk memulihkan ekonomi nasional. Dan tentunya mendukung pertumbuhan bisnis UKM, dan membangun ekosistem digital di dalamnya,” tambahnya.

Sebagai informasi, hingga 28 Agustus 2020, Bank Mandiri tercatat telah menyalurkan dana program PEN sebesar Rp30,75 triliun kepada 74.653 nasabah. Saat ini, dana PEN juga sudah mulai disalurkan kepada Borrower-Borrower yang merupakan rujukan calon debitur dari Investree.

Co-Founder & CEO PT Investree Radhika Jaya Adrian Gunadi yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) / Investree.id

Ramalan AFPI Terealisasi

Kerja sama ini sejalan dengan pernyataan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) beberapa waktu lalu.

Dalam kegiatan seminar nasional yang diadakan AFPI dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia 3 September lalu dinyatakan sudah saatnya industri fintech lending mengambil peran dalam proses PEN. Industri keuangan yang baru muncul empat tahun terakhir ini dinilai cocok menjadi instrumen penyaluran kredit pada kondisi saat ini.

Selain itu, kelebihan yang dimiliki industri ini dapat menjadi jalan keluar untuk menyalurkan bantuan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini berbanding lurus dengan program pemerintah yang ingin memajukan roda perekonomian melalui pelaku UMKM.

Bahkan sebelum seminar nasional dilaksanakan, Ketua Bidang Hubungan Masyarakat AFPI, Tumbur Pardede mengungkapkan adanya kemungkinan bantuan stimulus pemerintah disalurkan melalui fintech lending. Sebabnya, mekanisme pinjaman daring ini lebih fleksibel dibandingkan dengan perbankan.

“Pemerintah bisa menyalurkan dana itu langsung melalui kami. Itu sebenarnya yang mau kita gagas di tanggal 3 September nanti. Karena memang target pemerintah adalah unbanked dan undeserved,” kata Tumbur ekslusif kepada TrenAsia.com dua hari sebelum seminar nasional digelar. (SKO)