Kantor Pusat Panin Bank di kawasan Senayan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Bank Panin Ogah Pasang Target Kredit Tinggi Tahun Ini, Apa Sebabnya?

  • Alih-alih memasang target tinggi di tengah pemulihan ekonomi, emiten bersandi PNBN ini hanya membidik proyeksi moderat.

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Industri perbankan membidik tahun ini sebagai peluang untuk menggenjot kinerja usai tertekan selama tahun lalu. Kendati demikian, strategi berbeda dilakukan oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk.

Alih-alih memasang target tinggi di tengah pemulihan ekonomi, emiten bersandi PNBN ini hanya membidik proyeksi moderat. Direktur Utama (Dirut) Bank Panin Herwidayatmo menyatakan ketidakpastian ekonomi akibat pandemi COVID-19 membuat perseroan menahan diri untuk memasang target tinggi.

“Keinginan kita, posisi kredit akhir tahun 2021 setidaknya lebih tinggi dari posisi kredit pada akhir tahun 2020,” ucap Herwidayatmo saat dihubungi TrenAsia.com, Senin, 11 Oktober 2021.

PNBN tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp129,89 triliun pada 2020. Capaian kredit ini masih belum bisa terlampaui oleh perseroan pada semester I-2021.

Berdasarkan laporan keuangan PNBN, total kredit yang dikucurkan perseroan mencapai Rp125,08 triliun atau lebih rendah 2,94% year to date (ytd). 

Dalam mengejar penyaluran kredit, Herwidayatmo mengatakan perseroan menerapkan suku bunga akomodatif untuk memancing calon nasabah baru. Hal ini tercermin dari Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Panin yang sebagian sudah menyentuh single digit. 

Suku bunga kredit korporasi dan ritel saat ini berada di angka 8,96% dan 8,50%.  Dari segmen konsumsi, SBDK Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Non-KPR masing-masing berada di angka 8,00% dan 9,09%.

Hanya kredit mikro yang tercatat masih memiliki SBDK tinggi, yakni 14,90%. Herwidayatmo bilang suku bunga Bank Panin saat ini sudah tergolong responsif atas penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Seperti diketahui, otoritas moneter memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate 3,5%. Otoritas moneter juga menahan suku bunga deposit facility sebesar 2,75% dan lending facility 4,25%.

“Kita ikuti perkembangan pasar dalam hal penetapan tingkat bunga, dengan harapan permintaan akan kredit akan lebih baik,” ucapnya.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) di PNBN pada semester I-2021 menyentuh Rp140,83 triliun yang terdiri atas giro dan tabungan Rp57,88 triliun dan deposito Rp82,95 triliun.

Dengan demikian, rasio CASA (dana murah) tumbuh mencapai 41,10%. Kemudian, ekuitas perseroan mencapai Rp43,83 triliun dengan rasio kecukupan modal (Capital adequacy ratio/CAR) sebesar 29,18%.

Dengan demikian, Total aset perseroan tercatat sebesar Rp205,79 triliun. Nilai aset itu merosot dibandingkan akhir 2020 yang masih Rp218,06 triliun. 

Kendati alami pelemahan intermediasi, PNBN masih bisa menjaga profitabilitas. Hal ini dapat ditilik dari raihan laba bersih sebesar Rp1,45 triliun pada semester I-2021 atau meningkat 7,64% year on year (yoy). 

Peningkatan laba tersebut didukung oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp4,85 triliun, naik 8,90%. Ini sejalan dengan penurunan beban bunga sebesar 29,57% menjadi Rp2,68 triliun. 

“Selain itu, kontribusi dari peningkatan pada fee income, terkhusus pada transaksi surat berharga yang mencapai Rp898,46 miliar,” kata Herwindayatmo.