<p>PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) / Dok. Kementerian BUMN</p>
Industri

Bank Syariah Hasil Merger Targetkan 23% Pembiayaan di Sektor UMKM pada 2021

  • PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mematok target penyaluran pembiayaan di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 23% pada Desember 2021. Adapun nilai pembiayaan tersebut mencapai Rp53,83 triliun.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mematok target penyaluran pembiayaan di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 23% pada Desember 2021. Adapun nilai pembiayaan tersebut mencapai Rp53,83 triliun.

Direktur Utama BRI Syariah Ngatari mengatakan, bank hasil merger ini memiliki komitmen utama mendukung pelaku UMKM hingga ke pelosok negeri.

“Untuk menjangkau pelaku UMKM hingga di pelosok, kami akan bekerja sama dengan berbagai pihak dan pemangku kepentingan. Ini termasuk Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan organisasi masyarakatan lainnya,” mengutip keterangan tertulis, Jumat, 18 Desember 2020.

Nantinya, akses pembiayaan bisa dilakukan salah satunya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Diketahui, hingga September 2020, total pembiayaan UMKM yang disalurkan ketiga bank syariah pelat merah mencapai Rp36,36 triliun.

Secara rinci, BRISyariah sebesar Rp18,7 triliun, PT Bank Syariah Mandiri Rp11,67 triliun, dan PT Bank BNI Syariah Rp5,99 triliun.

Di BRISyariah, misalnya, Fidri Arnaldy selaku Direktur Bisnis Ritel mengatakan, UMKM merupakan kelompok nasabah terbesar yang dilayani perseroan.

Porsi pembiayaan UMKM sendiri mencapai 46% dari total portofolio pembiayaan BRIsyariah. Sementara untuk penyaluran KUR, per 27 November 2020 BRI Syariah telah menggelontorkan Rp4,457 triliun. Sebanyak 116.756 nasabah menerima program tersebut.

Menurut Fidri, posisi kuat ini akan menjadi pondasi bagi Bank Syariah Indonesia untuk meningkatkan layanan bagi pelaku pelaku usaha. “Bank Syariah Indonesia akan menjadi ekosistem pemberdayaan bagi UMKM,” ujarnya.

Maksimal Tembus Pasar Syariah

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Toni E.B. Subari Toni juga mengungkapkan, prospek usaha bank hasil meger  berpotensi menembus pasar syariah secara maksimal.

Dengan adanya rencana penggabungan, lanjut Toni, diharapkan modal dan aset bank syariah di Indonesia akan lebih kuat sehingga dapat berdaya saing secara global. Bank hasil merger pun diperkirakan bakal memiliki modal dan aset yang cukup. Total aset akan bertambah hingga Rp214,6 triliun, dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun.

Pasalnya, penetrasi keuangan syariah di Indonesia sendiri diakui masih rendah, yakni kurang dari 7%. Padahal, jumlah penduduk muslim di Tanah Air mencapai 200 juta orang.

Angka tersebut kalah jauh jika dibandingkan dengan penetrasi aset syariah di Malaysia, Kuwait, Bahrain, Brunei, dan Saudi Arabia yang rata-rata lebih dari 20% hingga 50%.

Selain itu, kemampuan bank syariah di Indonesia untuk mendapatkan pendanaan melalui sukuk juga terbatas, yakni masih di bawah 5% per April 2020. Sebaliknya, penerbitan sukuk dibandingkan surat utang konvensional di Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab rata-rata sudah mencapai 20% per April 2020. (SKO)