<p>Kantor BRI Syariah, Jakarta. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Industri

Bank Syariah Indonesia Hasil Merger Siap Layani Semua Segmen Nasabah

  • JAKARTA – Bank syariah pelat merah hasil merger dinilai bakal memiliki modal dan aset yang kuat, baik dari sisi finansial, sumber daya manusia (SDM), maupun sistem teknologi. Bank yang bakal dinamai PT Bank Syariah Indonesia Tbk ini, mendapat kekuatan lewat keberadaan 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, dan 20.000 lebih karyawan di seluruh Indonesia. “Namun, saat […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Bank syariah pelat merah hasil merger dinilai bakal memiliki modal dan aset yang kuat, baik dari sisi finansial, sumber daya manusia (SDM), maupun sistem teknologi.

Bank yang bakal dinamai PT Bank Syariah Indonesia Tbk ini, mendapat kekuatan lewat keberadaan 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, dan 20.000 lebih karyawan di seluruh Indonesia.

“Namun, saat ini di Indonesia belum ada bank syariah yang memiliki kemampuan untuk menjangkau seluruh kebutuhan nasabah dan pangsa pasar syariah,” ungkap manajemen panitia merger dalam dokumen Perubahan Ringkasan Rencana Merger yang diterima TrenAsia.com, Jumat, 11 Desember 2020.

Seperti diketahui, tingkat penetrasi aset syariah dibandingkan dengan aset perbankan secara umum masih tergolong rendah, yaitu di bawah 8% pada 2019.

Selain itu, kemampuan bank syariah di Indonesia untuk mendapatkan pendanaan melalui sukuk juga terbatas, yakni masih di bawah 5% per April 2020. Sebaliknya, penerbitan sukuk dibandingkan surat utang konvensional di Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab rata-rata sudah mencapai 20% per April 2020.

Cakupan Segmen Lebih Luas

Dengan adanya rencana penggabungan atau merger, diharapkan produk yang dihasilkan bisa menjangkau semua segmen nasabah sesuai dengan prinsip dan nilai syariah. Layanan bank hasil penggabungannya sendiri akan dikelola menjadi satu atap.

Untuk segmen ritel, dijelaskan pelayanan mencakup keperluan ibadah haji dan umrah. Kemudian, ZISWAF, pendidikan, kesehatan, serta remitansi internasional yang didukung oleh digital banking.

Kemudian di segmen korporasi dan wholesale, bank tersebut bakal masuk ke dalam sektor industri yang belum dimaksimalkan selama ini. Misalnya, pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan produk syariah bagi investor global.

Sementara di segmen UKM dan mikro, layanan syariah akan diberikan sesuai dengan kebutuhan nasabah, baik secara langsung maupun melalui kolaborasi dengan Himpunan bank milik negara (Himbara).

Diketahui, perkembangan rencana merger semakin matang. Dokumen Perubahan Ringkasan Rencana Merger sendiri telah disampaikan kepada seluruh regulator terkait, baik di pasar modal maupun perbankan. Tahapan dan proses selanjutnya akan dilaksanakan sesuai dengan regulasi dan perundang-undangan yang berlaku.

Manajemen memastikan, rencana perubahan dan penyesuaian operasional sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan. Targetnya, bank ini menjadi Top 10 bank syariah terbesar di dunia dalam lima tahun ke depan. Sementara di Tanah Air, PT Bank Syariah Indonesia Tbk bisa menempati Top 10 bank terbesar di Indonesia.

Seperti diketahui, aset bank hasil merger akan mencapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Hery menambahkan, bank hasil penggabungan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka. Bank ini tercatat di PT Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten BRIS.

Adapun rincian komposisi pemegang saham, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) 25,0% dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4%. Selain itu, ada pula komposisi kepemilikan saham dari DPLK BRI – Saham Syariah 2% dan publik sebesar 4,4%. (SKO)