<p>Ilustrasi jaringan listrik PLN / Pln.co.id</p>
Industri

Bantu Capai Target EBT, Ini Pentingnya Smart Grid

  • JAKARTA – Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu menjelaskan tentang digitalisasi infrastruktur ketenagalistrikan yang dikenal dengan jaringan cerdas atau smart grid. Smart grid, kata Jisman, tidak selalu diartikan sebagai sebuah modernisasi pada pembangkitan, transmisi, dan distribusi dalam satu kesatuan listrik. Menurutnya teknologi smart grid memungkinkan partisipasi pelanggan dalam penyediaan tenaga […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu menjelaskan tentang digitalisasi infrastruktur ketenagalistrikan yang dikenal dengan jaringan cerdas atau smart grid.

Smart grid, kata Jisman, tidak selalu diartikan sebagai sebuah modernisasi pada pembangkitan, transmisi, dan distribusi dalam satu kesatuan listrik.

Menurutnya teknologi smart grid memungkinkan partisipasi pelanggan dalam penyediaan tenaga listrik dengan memasang pengukur pintar komunikasi dua arah.

“Ke depan, konsumen akan  bertransformasi menjadi prosumer atau konsumen yang mampu menghasilkan listrik sendiri secara mandiri, baik dengan solar home system maupun mikrohidro,” jelasnya dalam diskusi daring “Pamerindo EnergyTalk 9 Series – SCADA Upgrading: Enabling a Smarter Grid toward Low Carbon Energy System”, Kamis, 29 April 2021.

Seperti diketahui, smart grid terlah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJPM) dan akan dikembangkan di Jawa dab Bali.

Targetnya, setiap tahun mulai 2020-2024, ada lima sistem smart grid baru yang diinstall.

Pengembangan teknologi ini juga tercantum dalam Grand Strategi Energi Nasional dan draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi.

Capaian rasio elektrifikasi di Indonesia sendiri tercatat tinggi. Hingga akhir tahun lalu, presentasinya mencapai 99,20%.

Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi tersebut, Jisman menyebut strateginya bisa dilakukan lewat pendekatan grid dan off-grid.

Adapun khusus untuk daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), strategi yang dilakukan adalah grid extension, yakni pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui pembangunan jaringan komunal, serta dengan bantuan  tabung listrik (battery storage) untuk masyarakat yang hidup tersebar (scattered).

Jisman menjelaskan manfaat smart grid di antaranya membantu pencapaian target EBT sebesar 23%, meningkatkan integrasi VRE, dan meningkatkan pembangunan infrastruktur kendaraan listrik, termasuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dalam menciptakan permintaan atau demand baru untuk mengatasi masalah kelebihan daya listrik. (RCS)