Bantu Cari KRI Nanggala-402, P-8 adalah Pesawat Menyebalkan bagi Kapal Selam Rusia dan China
JAKARTA-Amerika mengerahkan pesawat patroli maritim P-8 Poseidon untuk membantu pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang. Pesawat dengan spesialisasi memburu kapal selam ini dioperasikan Angkatan Laut Amerika Serikat. Pesawat yang berbasis pada Boeing 737 ini memang tidak sesexy F-22 atau F-35, tetapi P-8A Poseidon dalam beberapa hal jauh lebih berbahaya terutama ketika memburu dan membunuh […]
JAKARTA-Amerika mengerahkan pesawat patroli maritim P-8 Poseidon untuk membantu pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang. Pesawat dengan spesialisasi memburu kapal selam ini dioperasikan Angkatan Laut Amerika Serikat.
Pesawat yang berbasis pada Boeing 737 ini memang tidak sesexy F-22 atau F-35, tetapi P-8A Poseidon dalam beberapa hal jauh lebih berbahaya terutama ketika memburu dan membunuh kapal selam lawan.
Memburu kapal selam dari udara, adalah pekerjaan sangat berat yang membutuhkan banyak airframes dan menghabiskan ribuan jam terbang untuk menerbangkan pola patroli jarak jauh ke laut.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Sejak tahun 1962, Angkatan Laut Amerika telah mengoperasikan pesawat patroli P-3 Orion, yang didasarkan dari pesawat empat mesin L-88 Electra. Pesawat bertenaga turboprop bisa menghabiskan belasan jam terbang rendah di atas lautan untuk menjatuhkan pelampung sonar, memindai air untuk mencari lambung logam dari kapal selam dengan Magnetic Anomaly Detector (MAD) dan berpotensi meluncurkan torpedo.
Setelah 55 tahun pelayanan, P-3 yang telah mengumpulkan ribuan jam layanan mau tidak mau telah kelelahan.
Hingga pada tahun 2004 Angkatan Laut Amerika memilih pesawat jet P-8 Poseidon untuk menggantikan P-3. Pembangunan berjalan relatif lancar, sebagian karena penggunaan badan pesawat yang sudah ada sebelumnya dan keputusan adalah menggunakan strategi pengembangan sambil jalan daripada menempatkan semua kemampuan sekaligus. Hal ini menyebabkan biaya unit P-8 benar-benar berada di bawah anggaran yakni sekitar US$150 juta per pesawat.
P-8 didasarkan pada pesawat 737-800ERX. Pesawat biasanya memiliki tiga awak dan memiliki dayan yang lebih kuat untuk elektronik onboardnya. Poseidon menawarkan perjalanan yang jauh lebih mulus daripada Orion, berkat sayap dan komputer penerbangannya yang lebih luas. Kru Orion sering merasa mual akibat turbulensi yang kuat ketika harus terbang rendah.
Sementara P-8 memiliki lambung yang diperkuat untuk beroperasi pada ketinggian rendah, meskipun pada sisi efisiensi bahan bakar berkurang dibandingkan dengan P-3. Poseidon dirancang untuk melakukan sebagian besar operasinya dari ketinggian tinggi, di mana atmosfer yang lebih tipis memungkinkan efisiensi bahan bakar lebih besar dan keunggulan yang lebih baik untuk beberapa sensornya.
Poseidon dapat berkeliaran dengan kecepatan serendah 200 mil per jam, dan dapat terus berada di udara lama karena kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Namun, dengan kecepatan maksimum 564 mil per jam pesawat bisa juga melaju dua ratus mil per jam lebih cepat dari pada pesawat P-3 yang diganti.
Muatan utama Poseidon adalah beragam sensornya, termasuk radar aperture sintetis APY-10 multi-mode, yang tidak hanya dapat melacak posisi kapal yang jaraknya lebih dari ratusan mil, namun memiliki mode resolusi tinggi yang dapat melihat periskop kapal selam yang keluar di atas ombak dan bahkan mengidentifikasi kelas kapal selam.
Sebuah turbin elektro-optik / inframerah MX-20 menyediakan pilihan pencarian jarak jauh, sementara ALQ-240 Electronic Support Measure (ESM) berasal dari sistem onboard yang dikembangkan oleh EA-18G Growler sebagai sensor elektromagnetik, yang sangat berguna untuk melacak posisi pemancar radar.
Penambahan terbaru adalah Advanced Airborne Sensor, radar AESA dua sisi yang dapat menawarkan pemindaian 360 derajat pada target di wilayah darat atau pesisir, dan yang memiliki aplikasi potensial sebagai platform jamming atau bahkan cyberwarfare.
Melacak Kapal Tenggelam
Sejumlah sistem kunci pada P-8 dirancang untuk melacak kapal selam yang tenggelam. Sistem peluncur di bagian belakang P-8 dapat mengeluarkan pelampung sonar ke dalam air. Upgrade baru-baru ini memungkinkan P-8 untuk menggunakan pelampung Multistatic Active Coherent baru yang menghasilkan banyak gelombang sonar dari waktu ke waktu, memungkinkan jangkauan ketahanan dan pencarian yang lebih baik.
P-8 juga memiliki sensor akustiknya sendiri, dan bahkan sensor hidrokarbon baru yang bisa mengendus uap bahan bakar dari kapal selam.
Namun, P-8 tidak memiliki sensor MAD di ekor seperti Orion P-3 yang berguna untuk mendeteksi lambung logam kapal selam saat terbang di ketinggian rendah. Berbagai alasan telah ditawarkan untuk menggantinya: MAD yang beratnya hampir mencapai 3.500 pound, tidak sesuai dengan profil pencarian high-altitude P-8, atau sensor baru pada P-8 membuatnya tidak perlu.
Namun, Angkatan Laut AS dilaporkan mengembangkan varian dari pesawat terbang yang diluncurkan, yang disebut High-Altitude Unmanned Targeting Air System, yang dapat membawa sensor MAD dan mengirimkan temuannya kembali ke P-8.
Lima stasiun operator di sisi port pesawat membawa display multifungsi yang dapat dikonfigurasi untuk menampilkan sensor dan kontrol apa pun yang paling berguna dalam situasi ini. Komputer P-8 dirancang untuk menggabungkan data ke dalam satu gambar koheren untuk operator-dan kemudian dapat “mendorong” data tersebut ke kapal dan pesawat terbang kawan.
Beberapa orang berpendapat bahwa Poseidon dapat berubah menjadi semacam pembom B-52 dengan melepaskan berbagai senjata dipandu, seperti rudal antiradar jarak jauh AGM-158, rudal antipert LR-ASM atau small diameters boms untuk serangan darat.
Poseidon memasuki layanan dengan skuadron VP-16 Angkatan Laut Amerika di Pangkalan Udara Kadena di Okinawa pada tahun 2013, dan saat ini sekitar 50 pesawat telah beroperasi dari rencana 117 yang akan dibeli Angkatan Laut Amerika.
P-8 telah dikirimkan Amerika ke dekat China dan Rusia. Beijing marah ketika Amerika Serikat mencapai kesepakatan dengan Singapura pada bulan Desember 2015 yang memungkinkan pesawat P-8 berbasis di negara itu.
P-8 juga bermasalah dengan militer Rusia. Pada tanggal 9 Mei 2017, sebuah jet tempur Su-27 Rusia terbang dalam jarak 20 kaki dari Poseidon yang sedang berpatroli di Laut Hitam. P-8 diyakini saat itu sedang berlatih mengejar kapal selam Rusia.
Menurut The Aviationist, pada bulan Desember 2016 Poseidon terlibat untuk memburu satu atau dua kapal selam di Mediterania.
Laris Manis
Sejumlah negara telah mengakuisi pesawat ini. Salah satunya India yang sudah mengoperasikan delapan pesawat P-8 dan memesan empat lagi.
Australia juga mulai menerima Poseidon. Negara ini membeli 12 hingga 15 pesawat untuk menggantikan pesawat patroli AP-3C mereka. Inggris memesan sembilan, dan Selandia Baru mengumumkan bulan ini bahwa mereka menyetujui pembelian empat Poseidon seharga US$ 1,46 miliar.
Setidaknya tiga P-8 juga kemungkinan merupakan bagian dari kesepakatan senjata baru senilai US$ 110 miliar dengan Arab Saudi, dan Norwegia juga memiliki lima pesanan. Negara lain yang dilaporkan mempertimbangkan untuk melakukan patroli pesawat termasuk Kanada, Korea Selatan dan Turki.
Dengan bertebarannya pesawat ini di banyak negara, maka hampir dipastikan Poseidon akan menjadi pesawat yang paling menyebalkan bagi kapal selam Rusia dan China. Mereka akan terbang di mana-mana untuk terus menguntit dan memburu mereka serta menghancurkan jika perlu.