Bantu Pantau Pelanggaran Prokes, Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Kerumunan
- Dengan platform ini sistem pemantauan bisa dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam
Tekno
YOGYAKARTA-Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem deteksi kerumunan yang diharapkan bisa membantu mencegah penularan COVID-19.
“Sistem yang kami kembangkan ini dapat mendeteksi adanya kerumunan sekaligus menampilkan informasi kapan dan dimana kerumunan terjadi,” terang Ketua tim peneliti, Zulfa Andriansyah.
Zulfa menjelaskan sistem yang diberi nama Syncrom (System of Detection and Crowd Mapping) ini dibuat berbasis berbasis deep learning dan WebGIS. Dengan begitu, melalui sistem ini dapat mendeteksi adanya kerumunan dengan menyajikan informasi jumlah massa dan menampilkan visualisasi kondisi di lapangan baik waktu dan tempat terjadinya kerumunan secara near realtime (mendekati realtime).
“Dengan platform ini sistem pemantauan bisa dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam. Data terus diupdate setiap 30 detik,” terang mahasiswa Fakultas Geografi UGM ini dikutip dari laman resmi UGM Sabtu 7 Agustus 2021.
- Grup Bakrie: Bumi Resources Minerals Dapat Persetujuan Rights Issue
- Ekonomi Mulai Pulih, Indeks Keyakinan Konsumen Melejit
- Prambanan Festival 2021 Undang Musikus Kalimantan, Ini Kriteria dan Proses Seleksinya
Syncrom dikembangkan oleh Zulfa bersama dengan empat rekannya yaitu M. Ihsanur Adib (Kartografi dan Penginderaan Jauh), Wahyu Afrizal Bahrul Alam (Teknologi Informasi), Malik Al-Aminullah Samansya (Teknik Nuklir), dan Najmuddin Muntashir ‘Abdussalam (Teknik Industri) di bawah bimbingan Dr. Taufik Hery Purwanto, M.Si. Purwarupa ini lahir lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) tahun 2021 yang memperoleh dana hibah pengembangan sebesar Rp9 juta dari Kemdikbudristek.
Menurutnya sistem ini juga dilengkapi dengan fitur peringatan dini adanya kerumunan. Peringatan adanya kerumunan di lokasi terdeteksi akan disampaikan melalui pengeras suara secara otomatis.
Syncrom bisa mendeteksi kerumunan melalui input data visual yang diproleh melalui CCTV lewat web cam yang terhubung dengan komputer lokal yang sebelumnya telah diprogram dengan deep learning untuk mendeteksi keberadaan manusia dan memprediksi kerumunan di suatu lokasi diteruskan ke sistem untuk dianalisis. Setelah itu, hasil data dikirimkan ke WebGIS dalam bentuk informasi terkait lokasi, waktu, dan jumlah kejadian kerumunan yang berada di satu lokasi terpantau CCTV.
“Jika data yang muncul menunjukkan adanya kerumunan maka voice alert akan berbunyi untuk memberikan peringatan,” jelasnya.
Nantinya, mereka juga akan menambahkan fitur berupa text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan. Misalnya, ketika petugas sedang tidak berada di ruang kontrol tetap dapat menerima informasi melalui SMS atau telegram apabila terjadi kerumunan.
“Saat ini belum ada produk yang mengintegrasikan deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smart phone,” terangnya.
Pantau Pelanggaran Prokes
Najmuddin menuturkan pengembangan Syncrom berawal dari keprihatian terhadap masih banyaknya pelanggaran protokol kesehatan (prokes) yang terjadi di masyarakat, khususnya terkait menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Sementara ketaatan mengimplementasikan protokol kesehatan sangat penting untuk mencegah penyebaran COVID-19 agar tidak semakin meluas.
“Saat ini masih saja terjadi banyak pelanggaran prokes termasuk soal jaga jarak dan menghindari kerumunan karena pemantauan aparat kurang maksimal. Oleh sebab itu, kami berinisiatif mengembangkan alat deteksi ini guna memudahkan petugas dalam pemantauan dan segera melakukan penindakan,” paparnya.
- Meski Penjualan Rokok Meroket, Laba Bersih Gudang Garam Merosot 39,53 Persen Jadi Rp2,31 Triliun
- IPO Laris Manis, Ultra Voucher Gandeng Sejumlah Bank Bidik Laba Meroket 600 Persen
- Jangan Ketinggalan, Pasar Modal RI Bakal Banjir Dana Asing dari China
Ia mengungkapkan dalam pengembangan prototipe alat deteksi kerumunan ini, timnya masih menggunakan web cam, belum memakai CCTV karena adanya keterbatasan dana. Namun begitu, hasilnya dapat memantau keumunan secara optimal dan akurat.
Sistem yang mulai dikembangkan sejak bulan Juni 2021 lalu ini telah diujicobakan di lapangan. Hasilnya, memiliki akurasi lebih dari 75% dalam mendeteksi kerumunan di suatu ruangan.
“Walau dengan web cam bisa dihasilkan akurasi yang cukup bagus untuk mendeteksi kerumunan dengan resolusi gambar menengah dan rendah. Namun begitu, kedepan akan dikembangkan menggunakan cctv beresolusi tinggi agar hasil bisa lebih akurat,” urainya.
Syncrom merupakan bentuk inovasi bidang teknologi hasil kreativitas mahasiswa UGM yang patut dibanggakan. Sistem ini membantu petugas dalam penegakan protokol kesehatan terutama saat terjadi pelanggaran kerumunan. Dengan adanya sistem ini petugas dapat segera menindaklanjuti atau membubarkan kerumunan massa untuk mencegah penyebar COVID-19 di masyarakat.