Korea Utara luncurkan delapan rudal balistik sekaligus dan dikhawatirkan akan kembali meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan.
Dunia

Bantuan Senjata Rusia untuk Korea Utara Dinilai Ancam Perdamaian Global

  • Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan upaya Rusia membantu Korea Utara untuk meningkatkan program senjata merupakan “provokasi langsung” terhadap Seoul.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan upaya Rusia membantu Korea Utara untuk meningkatkan program senjata merupakan “provokasi langsung” terhadap Seoul. Korea Selatan dan sekutunya menegaskan tidak akan tinggal diam.

Diketahui, RUsia dikabarkan siap membantu Korea Utara dalam hal militer sebagai imbalan bantuan untuk perang di Ukraina. Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB tingkat tinggi tahunan, Yoon mengatakan skenario seperti itu akan mengancam perdamaian dan keamanan, tidak hanya Ukraina, tetapi juga Korea Selatan.

Yoon mengeluarkan komentar tersebut ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kembali ke Pyongyang setelah perjalanan sepekan ke Rusia di mana dia dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji untuk meningkatkan kerja sama militer.

Menurut Yoon, program nuklir dan rudal Korea Utara bukan hanya ancaman eksistensial bagi Korea Selatan. “Tetapi juga tantangan serius bagi perdamaian di kawasan Indo-Pasifik dan di seluruh dunia," kata dia

“Ironisnya, seorang anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang dipercayakan sebagai pelindung utama perdamaian dunia, akan memulai perang dengan menyerbu negara berdaulat lain dan menerima senjata dari rezim yang secara terang-terangan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB,” katanya.

Seoul dan Washington telah menyatakan kekhawatiran bahwa Rusia mungkin mencoba memperoleh amunisi dari Korea Utara untuk melengkapi persediaannya yang menipis akibat perang di Ukraina. Sementara Pyongyang mencari bantuan teknologi untuk program nuklir dan misilnya.

“Jika (Korea Utara) memperoleh informasi dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dengan imbalan mendukung Rusia dengan senjata konvensional, kesepakatan itu akan menjadi provokasi langsung, mengancam perdamaian dan keamanan tidak hanya Ukraina, tetapi juga Republik Korea,” kata Yoon.

“Republik Korea, bersama sekutu dan mitranya tidak akan tinggal diam," sambungnya. Segala aktivitas yang membantu program senjata Korea Utara dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB. Putin telah mengatakan Rusia, salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan, tidak akan pernah melanggar apapun.

Seorang ajudan presiden Korea Selatan menolak tudingan Korea Selatan. Dia menilai Seoul telah mengawasi transaksi militer yang terjadi selama beberapa bulan sebelum KTT antara Kim dan Putin.

Pada hari Rabu 20 September 2023, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia ingin memperluas hubungan dengan Korea Utara di semua bidang yang mungkin. Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chang Ho-jin memanggil duta besar Rusia untuk mendorong Moskow agar menghentikan segala kemungkinan perjanjian senjata dengan Korea Utara.

Ajudan presiden Korea Selatan mengatakan bahwa sedang berlangsung diskusi dengan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya untuk memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dan Korea Utara.

“Dewan Keamanan terpecah. Tidak mungkin untuk mencapai posisi bersama terhadap Rusia di sana. Jadi untuk saat ini bisa ada tindakan yang bersatu dalam solidaritas kebebasan, dengan berpusat di sekitar sekutu dan teman-teman,” kata pejabat tersebut.