Ilustrasi transisi energi (bahadur.id)
Dunia

Bantuan Untuk Transisi Energi Vietnam Diminta Ditunda

  • Kesepakatan iklim bernilai miliaran dolar untuk membantu Vietnam beralih dari batu bara ke energi bersih diminta ditunda. Hal itu sampai pemerintah menghentikan tindakan keras terhadap para aktivis lingkungan yang mendampingi masyarakat terdampak.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Kesepakatan iklim bernilai miliaran dolar untuk membantu Vietnam beralih dari batu bara ke energi bersih diminta ditunda. Hal itu sampai pemerintah menghentikan tindakan keras terhadap para aktivis lingkungan yang mendampingi masyarakat terdampak.

Akhir tahun lalu, negara-negara G7 bersama Norwegia, Denmark, dan Uni Eropa sepakat menyediakan US$15,5 miliar untuk membantu Vietnam meninggalkan penggunaan batu bara yang memicu pemanasan global

Hal itu serupa dengan perjanjian lain dengan Afrika Selatan, Indonesia, dan Senegal yang menawarkan pembiayaan negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Just energy transition partnership (JETP) Vietnam menekankan pentingnya konsultasi rutin dengan media, masyarakat sipil, dan LSM.

Namun, bulan lalu polisi Hanoi menahan Ngo Thi To Nhien, direktur eksekutif Vietnam Initiative for Energy Transition, sebuah lembaga pemikir independen yang berfokus pada kebijakan energi ramah lingkungan. Dia dituduh memiliki dokumen terkait perusahaan listrik milik negara.

“Penahanan Nhien harus membuat (para donor) berhati-hati dalam melanjutkan kesepakatan di dalam kondisi seperti ini,” kata Maureen Harris, seorang penasehat senior dari lembaga nirlaba International Rivers berbasis di Amerika Serikat, kepada Context.

“Sebelum melangkah lebih jauh, para pendukung keuangan dan stakeholder lainnya, harus memastikan kebijakan perlindungan berbasis hak yang kuat-khusus untuk JETPs, yang mencakup ketentuan yang jelas terhadap pembalasan dan untuk perlindungan pembela lingkungan,” tambahnya, yang dilansir dari Reuters, Jumat, 20 Oktober 2023.

Butuh Konsultasi

“Nhien adalah aktivis lingkungan Vietnam keenam yang bekerja di bidang energi, yang ditahan sejak pertengahan 2021,” kata Harris, seraya menambahkan ketentuan dalam JETP untuk melindungi kelompok hijau sekarang sangat dibutuhkan untuk segala jenis transisi adil yang ingin dicapai.

Bulan lalu, Hoang Thi Minh Hong, direktur kelompok advokasi lingkungan, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, sementara advokat lingkungan terkenal Nguy Thi Khanh dipenjara selama dua tahun pada tahun 2022. Keduanya di antara sejumlah aktivis lingkungan Vietnam yang dipenjara karena tuduhan terkait pajak.

Setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Hanoi bulan lalu, seorang pejabat menyatakan Washington secara teratur mendorong Vietnam untuk menghormati dan melindungi hak asasi manusia.

Juru bicara Uni Eropa menolak memberikan komentar penahanan dan JETP, tetapi mengutip pernyataan yang dirilis awal bulan ini oleh layanan diplomatik Uni Eropa yang menyatakan keprihatinan atas vonis Hong.

Ini mendorong Vietnam untuk memastikan tindakan mereka konsisten dengan komitmen internasionalnya, termasuk berkonsultasi dengan pemangku kepentingan non-pemerintah sebagai bagian dari Just Energy Transition Partnership, mencatat pernyataan bersama peluncuran JETP menyatakan konsultasi diperlukan untuk memastikan konsensus sosial yang luas.

Kementerian Luar Negeri Inggris mengacu pada pernyataan awal bulan ini mengenai vonis Hong, yang mencatat komitmen Vietnam untuk berkonsultasi tentang JETP dan mendesak pihak berwenang untuk memastikan organisasi masyarakat sipil dapat beroperasi dan berpartisipasi tanpa takut akan perlakuan yang tidak adil, penargetan, atau penuntutan.

Kementerian Luar Negeri Vietnam, Norwegia, Denmark, dan Amerika Serikat belum memberikan komentar. “Penahanan Nhien menunjukkan tindakan keras terhadap para pencinta lingkungan semakin meluas dan sekarang menargetkan para pakar teknis,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia di Human Rights Watch.

“Nhien bekerja sama dengan lembaga internasional besar seperti Program Pembangunan PBB dan Bank Dunia untuk merancang rencana untuk mengatasi perubahan iklim,” tambahnya.

Menurut Robertson, JETP untuk Vietnam sebaiknya tidak dilanjutkan selama para aktivis ini berada dalam tahanan pra-persidangan atau penjara, dan dia mendesak para pendukung keuangan untuk meningkatkan advokasi publik dan swasta guna pembebasan mereka segera dan tanpa syarat.

“Pemerintah Vietnam perlu membuka mata dan menyadari paranoia mereka terhadap gerakan lingkungan ini sama sekali tidak beralasan, dan para aktivis ini bekerja untuk kebaikan negara, bukan untuk menggulingkan Partai Komunis Vietnam,” tambahnya.

Aktivis Hadapi Tantangan Hukum

Dalam lima tahun mendatang, diharapkan JETP akan menyediakan pendanaan separuhnya dari pemerintah donor dan separuhnya dari bank komersial untuk mempercepat transisi Vietnam dari batu bara ke energi bersih seperti energi surya dan angin, serta menciptakan lapangan kerja.

Saat ini menjadi salah satu dari 20 pengguna batu bara terbesar di dunia, kesepakatan energi negara Asia Tenggara ini akan membuat emisi pada tahun 2030, daripada target sebelumnya pada tahun 2035, dengan membatasi kapasitas tenaga batu bara dan mendapatkan hampir setengah dari listriknya dari sumber energi terbarukan dalam dekade ini.

Seorang advokat iklim Asia Tenggara yang berbicara dengan nama samaran karena takut akan konsekuensi, mengatakan penahanan Nhien mengecewakan, mengganggu, menyedihkan, dan membuat depresi, melanjutkan tren yang dimulai sekitar dua tahun yang lalu.

“Penangkapan sebelumnya telah berdampak buruk pada organisasi masyarakat sipil di Vietnam dan secara efektif menciptakan iklim ketakutan di antara mereka,” kata advokat tersebut.

“Meskipun negara-negara donor telah menyatakan keprihatan atas penahanan aktivis lingkungan, ini belum dianggap sebagai garis merah yang dapat menghentikan kelanjutan proyek,” tambahnya.

“Ketika para aktivis lingkungan Vietnam menghadapi tantangan hukum, hal ini membatasi kemampuan mereka untuk berkontribusi pada kesuksesan JETP dan upaya keberlanjutan yang lebih luas,” kata Namrata Chowdhary, kepala keterlibatan publik di kelompok aktivis iklim 350.org berbasis di Inggris.

“Selain itu, dampak-dampak yang merambat ke gerakan lingkungan yang lebih luas bisa saja membuat orang lain enggan terlibat dalam aktivisme atau advokasi di Vietnam, yang akan menghambat kemajuan terhadap tujuan keberlanjutan global, seperti energi bersih dan terjangkau,” katanya.

Ia meenambahkan, waktu dari gelombang penahanan aktivis lingkungan terbaru, termasuk Nhien, menggambarkan tren yang tidak menguntungkan yang bertujuan untuk menghalangi partisipasi masyarakat sipil dalam proses yang paling memengaruhi mereka.