Cara Meningkatkan Kesempatan Anda untuk Mendapat Pekerjaan Baru
Dunia

Banyak Liburnya, Negara-Negara Ini Terapkan Sistem Empat Hari Kerja Seminggu

  • Budaya kerja empat hari dalam seminggu menjadi populer dilakukan oleh berbagai negara di dunia.

Dunia

Rizky C. Septania

JAKARTA- Budaya kerja empat hari dalam seminggu menjadi populer dilakukan oleh berbagai negara di dunia. Berdasarkan uji coba di negara tersebut, menerapkan waktu 4 hari kerja berhasil membawa imbas positif bagi perusahaan.

Di Inggris, perusahaan yang mengadaptasi 4 hari kerja dalam seminggu mengatakan bahwa penerapan waktu kerja ini meningkatkan produktivitas, moral dan budaya tim.

Di sisi karyawan, bekerja empat hari dalam seminggu menjadikan mereka memiliki waktu lebih banyak untuk diri sendiri sehingga dapat  mengurangi tingkat lelah sehingga meningkatkan kepuasan hidup.

Mengutip CNBC Internasional, berikut negara yang mengadaptasi sistem 4 hari kerja dalam seminggu.

1. Afrika Selatan

Afrika Selatan menjadi salah satu negara yang tengah menerapkan uji coba 4 hari kerja dalam seminggu.

Saat ini, lebih dari 500 karyawan di 28 perusahaan berpartisipasi dalam uji coba 4 hari kerja seminggu di Afrika Selatan per Maret. Hal ini akan berlanjut hingga September. Kemudian, uji coba kloter kedua direncanakan akan dimulai pada bulan Juni.

Adapun eksperimen pemberlakuan 4 hari kerja dilakukan menggunakan model 100-80-100. Artinya, pekerja menerima 100% gaji untuk bekerja 80% dari waktu dan masih menghasilkan 100% dari hasil biasanya.

2. Belgia

Pada awal 2022, pemerintah Belgia mengumumkan paket reformasi yang memberi pekerja hak untuk bekerja empat hari tanpa kehilangan gaji. Undang-undang tersebut secara resmi mulai berlaku pada November 2022.

Di bawah skema ini, pekerja masih diharapkan untuk mempertahankan jumlah jam yang sama selama empat hari namun dalam jam kerja yang lebih panjang. Selain itu, para pekerja juga akan mendapat hari libur tambahan sebagai kompensasi.

Namun, pemberi kerja masih memiliki hak untuk menolak permintaan karyawan untuk mempersingkat jam kerja. Syaratnya, pemberi kerja  mengajukan penolakan secara tertulis dan memberikan alasan yang kuat atas keputusan mereka.

“Tujuannya adalah untuk memberi lebih banyak kebebasan kepada orang dan perusahaan untuk mengatur waktu kerja mereka,” kata Perdana Menteri Belgia Alexander de Croo.

3. Islandia

Antara 2015 dan 2019, Islandia pelopor yang menerapkan kerja 4 hari. Dalam uji coba yang dilakukan, Islandia mencapai kesuksesan luar biasa.

Saat menerapkan 4 hari kerja dalam seminggu, karyawan melaporkan peningkatan kesejahteraan, keseimbangan kehidupan kerja, dan produktivitas.

Pada tahun 2022, pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja di Islandia memenangkan hak untuk meminta minggu kerja yang lebih singkat.

Sayangnya penggunaan 4 hari kerja dalam seminggu di antara bisnis di sektor swasta Islandia tumbuh lebih lambat.

Pasalnya,  banyak pemberi kerja menempatkan tanggung jawab pada individu untuk menegosiasikan pengurangan waktu kerja daripada menawarkan 4 hari kerja dalam seminggu secara otomatis. manfaat bagi semua karyawan.

4. Jepang

Pada tahun 2021, pedoman kebijakan ekonomi tahunan pemerintah Jepang menyertakan rekomendasi agar perusahaan mengizinkan karyawan memilih empat hari kerja dalam seminggu.

Rekomendasi untuk beralih ke 4 hari kerja dalam seminggu dimaksudkan untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja karyawan. Selain itu, menerapkan empat hari jam kerja juga  memberi mereka lebih banyak waktu untuk mengurus anggota keluarga, melanjutkan pendidikan atau pergi keluar dengan teman.

Ada sejumlah perusahaan di Jepang yang telah bereksperimen dengan 4 hari kerja dalam seminggu. Perusahaan tersebut termasuk Microsoft dan Panasonic yang menguji coba 4 hari kerja dalam seminggu untuk karyawan mereka yang berbasis di Jepang pada tahun 2019 dan 2022.

Perusahaan lain di Jepang telah menerapkan minggu kerja 4 hari secara permanen. Termasuk diantaranya raksasa perbankan Mizuho dan perusahaan teknologi Cross River.

Selama beberapa dekade, minggu kerja 4 hari dipandang sebagai konsep pinggiran yang tidak akan populer. Namun sekarang, hal ini menjadi pertimbangan kebijakan yang serius bagi bisnis yang berjuang untuk memerangi kelelahan dan mempertahankan karyawan.