Banyak Perusahaan Masih Anggap Bisnis Berkelanjutan Sebagai Beban Biaya
- Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Alexandra Askandar mengatakan hingga saat ini masih banyak perusahaan yang menganggap bisnis berkelanjutan sebagai beban biaya.
Perbankan
JAKARTA - Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Alexandra Askandar mengatakan hingga saat ini masih banyak perusahaan yang menganggap bisnis berkelanjutan sebagai beban biaya.
“Banyak perusahaan masih keberatan untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk menerapkan bisnis yang berkelanjutan, yang kemungkinan belum menjadi fokus perusahaan saat ini,” kata Alexandra dalam Indonesia Human Capital Summit (IHCS) 2023 di Jakarta, Senin 7 November 2023.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk menyalurkan kredit di sektor hijau atau green financing.
“Dia (perusahaan) berpikir 2060 masih puluhan tahun, mungkin sudah tidak di perusahaan ini, kenapa harus peduli soal ini padahal banyak hal yang jadi fokus perusahaan,” katanya.
- Presiden Ukraina Tolak Ide Pemilihan di Masa Perang
- WhatsApp Tambahkan Fitur Foto Profil Ganda untuk Jaga Privasi Pengguna
- Tak Harus 10.000, Berjalan Kaki 3.000 Langkah Sehari Sudah Bisa Tingkatkan Kesehatan Jantung
Alexandra juga menilai bahwa belum semua instansi memiliki kesamaan persepsi atas target net zero emission 2060.
“Belum semua instansi atau industri punya kesamaan dan persepsi yang sama untuk mencapai target net zero emission pada 2060 sebagaimana ditetapkan pemerintah,” kata perempuan yang telah bergabung dengan Bank Mandiri sejak tahun 1999 itu.
Lebih lanjut Alexandra menjelaskan tantangan lain dalam pencapaian target net zero emission 2060 yaitu kondisi keuangan perusahaan yang belum stabil.
“Pertanyaannya apakah industri, institusi, sudah punya awareness dan persepsi yang sama bagaimana harus mencapai net zero emission di saat ini? Jawabannya, belum. Kenapa? karena masing-masing perusahaan masih punya tantangan yang lain,” terang Alexandra.
Hal lain yang menjadi tantangan target net zero emission 2060 adalah pemerintah yang belum memberikan kerangka besar dan turunannya untuk menjadi peta jalan bagi perusahaan untuk segera melakukan bisnis berkelanjutan guna mencapai target tersebut.
Seperti yang diketahui Indonesia adalah negara berkembang yang masih membutuhkan pembangunan infrastruktur sehingga masih bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Untuk mengatasi hal ini, Bank Mandiri berkomitmen untuk senantiasa mengedukasi nasabah korporasi agar memimpin visi Indonesia soal ekonomi karbon rendah.
Terakhir Alexandra mengatakan bahwa Bank Mandiri merupakan market leader dalam pembiayaan hijau dengan pangsa pasar mencapai 30%, yang mencapai hampir 12% dari total portofolio bank tersebut.