Bukit Podomoro di Jakarta Timur, properti milik PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) / Foto: Agung Podomoro
Industri

Banyak Stimulus, Kredit Properti Diprediksi Tumbuh 20-22 Persen

  • Pertumbuhan kredit properti di Indonesia diprediksi bakal mencapai 20%-22% pada tahun ini.
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Pertumbuhan kredit properti di Indonesia diprediksi bakal mencapai 20%-22% pada tahun ini. Hal itu diungkapkan oleh Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip.

Menurutnya, instituasi keuangan dan bank sebagai sumber dana utama dinilai masih memilki banyak ruang untuk membantu perkembangan sektor properti. Hal ini juga didorong oleh berbagai stimulus yang telah digulirkan pemerintah.

Seperti diketahui,  Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-7days reverse repo rate (BI7DRR) di level 3,5% pada Oktober 2021.

Selain itu, aturan uang muka atau down payment (DP) 0% juga dilanjutkan untuk pembelian properti dan kendaraan bermotor. Kebijakan ini berlaku pada Januari 2022 hingga Desember 2022.

Begitu pula rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti yang ditetapkan menjadi paling tinggi 100%.

“Populasi Indonesia yang besar juga mendukung ketahanan atau resiliensi perkembangan sektor properti,” ungkap Willson dalam keterangan tertulis yang dikutip Selasa, 26 Oktober 2021.

Terkait hal ini, ia menilai dukungan dari pihak asing menjadi hal penting sebagai pendukung tumbuhnya pasar properti nasional.

Pasalnya, dengan adanya permintaan yang datang dari sisi eksternal atau dari Warga Negara Asing (WNA), dapat menjadi pendongkrak sektor properti di Indonesia.

“Ini akan menjadi salah satu solusi tercapainya keseimbangan antara angka pasokan dan permintaan properti,” tambahnya.

Berdasarkan Jakarta Property Highlight 1H 2021 dari Knight Frank Indonesia, sektor industri dilaporkan tumbuh dengan baik selama pandemi. Hal ini dibuktikan oleh penambahan pasokan sebesar 2,65%, lebih tinggi dari semester sebelumnya.

Adapun serapan kawasan industri terbesar hadir dari bisnis data center. Sementara untuk sisi sektor perkantoran dan ritel, diprediksi akan bergerak positif sesuai pengendalian pandemi dan perbaikan ekonomi nasional.