Nampak aktifitas penjualan beras sebuah agen di kawasan Graha Raya Bintaro Tangerang Selatan, Selasa 15 Maret 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Makroekonomi

Bapanas Sebut Harga Pangan pada April 2024 Turun

  • Kebijakan relaksasi dan fleksibilitas harga yang diterapkan pemerintah juga telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku usaha dalam rantai pasok pangan nasional, terutama di pasar retail modern.

Makroekonomi

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi pada April 2024 lebih rendah baik dari sisi bulanan maupun tahunan. Tingkat inflasi nasional secara bulanan tercatat sebesar 0,25%. Adapun inflasi menurut komponen harga bergejolak seperti cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit, mengalami penurunan harga atau deflasi sebesar 0,31%.

Menurut BPS, andil inflasi secara bulanan beberapa komoditas pangan di April 2024 antara lain bawang merah -0,14%, beras -0,12%, telur ayam ras -0,06%, dan cabai rawit -0,04%.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau Nasional Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyatakan adanya tren deflasi pada komoditas pangan pokok ini salah satunya dipicu oleh berbagai program intervensi pemerintah selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Menjelang Lebaran, kita implementasikan operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus digencarkan,” ujar Arief dalam rilis resmi, pada Jumat, 3 Mei 2024.

“GPM serentak dilaksanakan di berbagai daerah dan tentunya diiringi pula dengan memastikan stok pangan senantiasa tersedia di pasar, misalnya beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Bulog. Lalu program bantuan pangan juga terus disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah,” sambung dia.

Selain itu, kebijakan relaksasi dan fleksibilitas harga yang diterapkan pemerintah juga telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku usaha dalam rantai pasok pangan nasional, terutama di pasar retail modern.

“Ini dilakukan semata-mata agar masyarakat luas dapat memperoleh akses pangan yang mudah dan terjangkau,” ujar Arief.

Sejak awal 2024 hingga 26 April lalu, Bapanas bersama pemerintah daerah dan segenap stakeholder pangan telah menyelenggarakan GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota.

“Ini masih terus dilanjutkan berupa kolaborasi NFA dengan Kementerian Pertanian dan stakeholder pangan dengan menghelat GPM di 63 titik di area Jakarta plus 2 Pasar Mitra Tani Hortikultura mulai 29 April sampai 8 Mei mendatang,” jelas Arief.

Hingga 25 April, Bulog telah berhasil mengimplementasikan program Serapan Hasil Panen Padi (SPHP) telah menyentuh total angka 650 ribu ton dari target 1,2 juta ton di tahun ini. Selain itu, distribusi bantuan beras tahap pertama per 26 April telah mencapai 647 ribu ton atau 98,08%.

Selanjutnya, bantuan penanganan stunting yang dikerjakan oleh ID FOOD dalam bentuk paket daging ayam beku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam, per 1 Mei telah diserahkan kepada 53.632 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Program ini bertujuan untuk mendukung upaya percepatan penurunan angka stunting di tahun 2024, yang dicanangkan mencapai 14%.

“Alhamdulilah, ini jadi buah hasil kerja keras kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, para asosiasi, dan seluruh stakeholder pangan, sehingga terlihat hasil positifnya dan terbukti mampu meredam laju inflasi di April, terutama sektor pangan,” tutur Arief.

Terkait situasi pasokan beras nasional di masa mendatang, Arief memberi atensi pada kesiapan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), terutama beras.

“Untuk beras kita harus bersiap. Ini karena setelah Mei, proyeksi produksi dalam negeri kemungkinan akan mengalami depresiasi sampai akhir tahun, kecuali ada luas tanam yang lebih dari 1 hektare per bulannya,” ujar dia.

Bapanas telah meminta Bulog agar terus menerus melakukan optimalisasi serapan produksi dalam dalam negeri selama dua bulan ini. Saat ini, Bulog terus melecut penyerapan hingga 30 ribu ton Gabah Kering Panen (GKP) setiap hari.

“Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, stok CPP harus terus diperkokoh,” kata Arief.

Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, diperkirakan produksi beras nasional pada April 2024 mencapai 5,53 juta ton. Pada bulan Mei 2024, berada di angka 3,19 juta ton, dan pada Juni 2024 produksi diperkirakan mulai menurun menjadi 2,12 juta ton.