Barbarossa, Bajak Laut yang jadi Pahlawan Nasional
- JAKARTA - Pulau Lesbos, yang terletak di Laut Aegea pernah menjadi wilayah kekuasaan Turki antara tahun 1462 dan 1912, dan saat ini telah menjadi bagian Yunani. Salah satu tokoh penting yang lahir di pulau ini adalah Barbarossa, seorang pahlawan terkemuka Kesultanan Utsmaniyah yang menjadi legenda sebagai panglima angkatan laut.
Dunia
JAKARTA - Pulau Lesbos, yang terletak di Laut Aegea pernah menjadi wilayah kekuasaan Turki antara tahun 1462 dan 1912, dan saat ini telah menjadi bagian Yunani. Salah satu tokoh penting yang lahir di pulau ini adalah Barbarossa, seorang pahlawan terkemuka Kesultanan Utsmaniyah yang menjadi legenda sebagai panglima angkatan laut.
Barbarossa sebelumnya merupakan bajak laut Mediterania. Sebagai seorang bajak laut, Barbarossa menjadi sosok berpengalaman dan disegani di kawasan ini. Namanya terkenal di kalangan komunitas Afrika Utara saat ia menyerbu berbagai pelayaran Spanyol dan Portugis.
Hubungan Barbarossa dengan Kesultanan Utsmaniyah menjadi semakin kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Süleyman yang Agung, Barbarossa diangkat menjadi gubernur Rhodes setelah penaklukan pulau tersebut pada tahun 1522.
Posisinya semakin naik ketika ia merebut Tunis pada tahun 1531 dan dianugerahi gelar laksamana agung (kapudan pasha) Kesultanan Utsmaniyah. Barbarossa memimpin angkatan laut Utsmaniyah dengan keahlian dan strategi yang luar biasa.
- 10 Kota Kecil yang Unik dan Layak Dikunjungi di Swiss
- 5 Hal yang Harus Anda Petimbangkan Sebelum Membeli Air Purifier
- Apa Itu Gagal Ginjal, dan Bagaimana Penanganannya di Indonesia?
Salah satu momen paling mencolok dalam sejarah ketika Barbarossa menang tealak di pertempuran Preveza pada tahun 1538. Pertempuran ini melibatkan armada gabungan dari kekuatan-kekuatan seperti Venesia, Genoa, Spanyol, Portugal, Malta, dan Negara Kepausan.
Barbarossa memanfaatkan keunggulan galai, jenis kapal yang digerakkan oleh dayung, untuk mengalahkan armada besar lawan. Galai memberikan keleluasaan dalam manuver dan ketergantungan pada dayung, memungkinkannya beroperasi di perairan yang sulit dijangkau oleh kapal layar.
Dengan 122 galai, Barbarossa berhasil mengalahkan lebih dari 300 kapal layar dalam pertempuran ini. Kemenangan ini membuka pintu bagi Kesultanan Utsmaniyah untuk menguasai Tripoli dan wilayah Mediterania timur lainnya. Barbarossa terus berperan dalam kampanye militer penting, termasuk membantu Prancis dalam pertempuran melawan Habsburg.
Kisah Barbarossa berakhir ketika dia meninggal di Konstantinopel pada tahun 1546. Namanya tetap hidup sebagai salah satu pahlawan terbesar Kesultanan Utsmaniyah, yang menggabungkan reputasi sebagai laksamana dan bajak laut berpengalaman dengan kemampuan strategis dalam memimpin angkatan laut.