Tambang seng dan timah hitam di Dairi, Sumatra Utara, milik PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Korporasi

Bareng China Garap Tambang Seng dan Timah Hitam, BRMS Siapkan Rp5,04 Triliun

  • Proyek tambang ini akan dilakukan oleh PT Dairi Prima Mineral (DPM) di mana BRMS memegang 49% porsi saham.

Korporasi

Reza Pahlevi

JAKARTA – Emiten tambang Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), akan menyiapkan dana US$350 juta atau setara Rp5,04 triliun (dengan kurs Rp14.356 per dolar AS) untuk menggarap tambang seng dan timah hitam di Dairi, Sumatra Utara.

Proyek tambang ini akan dilakukan oleh PT Dairi Prima Mineral (DPM) di mana BRMS memegang 49% porsi saham. Sementara itu, 51%-nya dipegang oleh China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering & Construction Co Ltd. (NFC China).

“Untuk estimasi awal dari belanja modal atau capex yang diperlukan untuk mengembangkan prongembangkan proyek tambang seng dan timah hitam ini diperlukan dana sekitar 350-an juta dolar,” ujar Direktur BRMS Herwin Hidayat dalam konferensi virtual, Jumat, 13 Agustus 2021.

Herwin menjelaskan dana US$350 juta itu akan digunakan untuk membangun pabrik pengelola bijih seng dan timah hitam hingga menjadi konsentrat, membangun fasilitas pengolahan limbah, power supply, mes karyawan, jalan tambang, dan lain-lain.

Skema pendanaan ini akan dibagi 80% dan 20%. Artinya, 80% atau sekitar US$280 juta dolar akan didapat dari fasilitas pinjaman. Herwin mengatakan kemungkinan besar pemberi pinjaman ini adalah bank-bank dari China karena operator proyek ini adalah NFC China.

Lalu, 20% dana atau sekitar US$70 juta sumber dananya akan berasal dari equity financing. Ini proporsional sesuai kepemilikan saham di DPM.

“Berarti bagian kita BRMS 49% dari 70 juta dolar, yaitu sekitar 32 juta dolar sampai 33 juta dolar. Dananya sudah dialokasikan dalam restricted deposit di laporan neraca kami sejak tahun lalu,” tambah Herwin.

Tambang seng dan timah hitam di Dairi ini nilai deposit seng terbaik ketiga di seluruh dunia. Nilai deposit seng di tambang ini mencapai 11,5%. Herwin menyebut deposit seng ini jauh lebih baik dibanding tambang seng di China yang biasanya hanya sekitar 4-5%.

BRMS telah mendapat izin produksi tambang seluas 24.636 hektare ini sejak 2017 untuk masa produksi selama 30 tahun. Ini berarti kontrak akan berakhir pada 2047.