Agus Salim Pangestu, anak konglomerat pemilik Grup Barito Pacific Prajogo Pangestu. Agus kini menjadi Dirut di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan komisaris PT Barito Pacific Tbk (BRPT) / Barito-pacific.com
Korporasi

Barito Pacific (BRPT) Raup Pendapatan Kuartal I-2024 Senilai Rp10,02 Triliun

  • PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatat pendapatan konsolidasi sebesar US$619 juta atau sekitar Rp10,02 triliun pada kuartal I-2024, mengalami penurunan sebesar 4,9% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Emiten Prajogo Pangestu PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatat pendapatan konsolidasi sebesar US$619 juta atau sekitar Rp10,02 triliun pada kuartal I-2024, mengalami penurunan sebesar 4,9% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan bahwa laba bersih setelah pajak konsolidasi oleh emiten bersandikan BRPT juga tercatat turun 74,5% menjadi US$14 juta dibanding kuartal I-2023 (year-on-year/yoy).

“Hasil kuartal I-2024 kami menunjukkan fluktuasi yang terus terjadi di sektor petrokimia global, yang diperburuk oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, sehingga melemahkan sentimen,” jelas Agus melalui keterangan resmi pada Jumat, 3 Mei 2024.  

Agus mengungkapkan bahwa pendapatan bersih dari bisnis petrokimia mengalami penurunan sebesar 4,3% menjadi US$472 juta pada kuartal pertama tahun 2024, terutama disebabkan oleh gangguan dalam penawaran dan permintaan global yang mengakibatkan penurunan volume penjualan. 

Sementara itu, lanjutnya, pendapatan dari sektor energi juga mengalami penurunan sebesar 5,8% secara tahunan menjadi US$145 juta pada kuartal pertama tahun ini karena produksi listrik dan uap yang sedikit lebih rendah di awal tahun.

Oleh sebab itu, beban pokok pendapatan konsolidasi sebesar US$501 juta atau naik 0,6% yoy karena biaya bahan baku nafta yang lebih tinggi menjadi US$682 per ton dari sebelumnya US$651 per ton sejalan dengan perubahan harga minyak mentah Brent.

“Kami mencatat penurunan EBITDA konsolidasi sebesar 28,6% yoy menjadi US$ 135 juta dari US$189 juta pada tahun sebelumnya. Akibatnya, margin EBITDA menyusut menjadi 21,8% dari 29,08%. Penurunan ini sejalan dengan meningkatnya volatilitas yang terjadi pada segmen petrokimia, meskipun hal ini sebagian diimbangi oleh stabilitas pada segmen panas bumi,” ujar dia.

Agus melanjutkan, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih setelah pajak sebesar 74,5% yoy menjadi US$14 juta, sejalan dengan lonjakan volatilitas pada segmen petrokimia global. Sementara total aset perseroan di akhir kuartal I-2024 mencapai US$ 10,048 juta.

“Meskipun mengawali tahun 2024 dengan beberapa tantangan, kami berhasil mempertahankan neraca keuangan yang kuat, dengan rasio utang bersih terhadap ekuitas tetap stabil pada 0,73x. Hal ini mencerminkan komitmen manajemen untuk menjaga struktur permodalan kami tetap tangguh dan siap untuk mendukung rencana ekspansi kami ke depan,” tegas dia.

Agus mengungkapkan, kinerja bisnis Barito Pacific terus menunjukkan hasil transformasi portofolio bisnis perusahaan, disamping ketahanan struktur permodalan dalam menghadapi volatilitas global di sektor petrokimia. 

Chandra Asri kembali mencapai kemajuan signifikan dalam rencananya untuk pabrik chlor-alkali dan ethylene dichloride (CA-EDC) berskala dunia dengan menandatangani kontrak pembelian garam selama tiga tahun dengan opsi perpanjangan untuk tiga tahun berikutnya dengan BCI Minerals Ltd.

“Inisiatif strategis dari hilir dan diversifikasi sejalan dengan keputusan menyeluruh Barito Pacific untuk mendiversifikasi portofolio. Kami mengantisipasi bahwa profil ketahanan yang terdiversifikasi ini akan semakin berkembang dan menguat di tahun-tahun mendatang,” kata dia.

Di sektor energi, lanjut Agus, BRPT telah memperkuat posisi sebagai pemain domestik terkemuka dan entitas energi yang paling terdiversifikasi, dengan kapasitas yang luas di berbagai sumber. 

“Portofolio energi kami yang terdiversifikasi, yang terdiri dari aset panas bumi, angin, dan pembangkit listrik tenaga batu bara USC, memiliki peta jalan yang jelas untuk perluasan kapasitas. Kami yakin bahwa posisi strategis ini membuat kami siap untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang seiring dengan program transisi pemerintah menuju energi terbarukan,” pungkasnya.