<p>Dua varietas kedelai genjah BATAN/Humas BATAN</p>
Nasional & Dunia

BATAN Hasilkan Dua Varietas Kedelai Super Genjah, Ini Keunggulannya

  • JAKARTA- Di tengah kabar tentang tingginya impor kedelai, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berhasil menghasilkan dua varietas unggul supergenjah tanaman ini yang dinamai Sugentan 1 dan Sugentan 2. “Sugentan 1 dan Sugentan 2 yang kita tunggu Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian-nya,” kata Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan dalam konferensi pers […]

Nasional & Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Di tengah kabar tentang tingginya impor kedelai, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berhasil menghasilkan dua varietas unggul supergenjah tanaman ini yang dinamai Sugentan 1 dan Sugentan 2.

“Sugentan 1 dan Sugentan 2 yang kita tunggu Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian-nya,” kata Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu 13 Januari 2021.

Sugentan, yang merupakan kependekan dari Super Genjah BATAN, adalah varietas kedelai hasil perbaikan dari varietas Argomulyo.

Peneliti BATAN Arwin menjelaskan, varietas kedelai Sugentan 1 dan Sugentan 2 dihasilkan dari perbaikan varietas Argomulyo melalui penyinaran radiasi gamma pada dosis 250 gray.

Produktivitas Tinggi

Selain berumur tanam pendek, kurang dari 70 hari, varietas kedelai baru itu punya produktivitas tinggi, tahan hama, dan dapat ditanam sebagai tanaman sela.

Jika dibandingkan dengan varietas Argomulyo, Sugentan lebih genjah. Umur tanam Sugentan sekitar 67 sampai 68 hari, lebih pendek dibandingkan umur tanam induknya yang berkisar 86 sampai 87 hari.

Produktivitas Sugentan per hektare rata-rata 2,7 ton atau lebih banyak ketimbang produktivitas induknya yang sekitar 2,2 sampai 2,4 ton per hektare.

Sugentan 1 dan Sugentan 2 juga lebih tahan terhadap penyakit karat daun, hama pengisap polong, dan hama ulat kerayak dibandingkan dengan induknya.

Varietas kedelai unggul tersebut diharapkan bisa menjadi bagian dari solusi masalah ketersediaan kedelai di Indonesia, yang selama ini memenuhi sebagian besar kebutuhan kedelai dengan mengimpor.