Batara Sianturi: 2023 Tahun Yang Menantang
- “Kita itu kan tidak hidup di isolated island, we are interconnected. Tapi kita lihat Indonesia ini ada luar biasanya. So we are remain cautiously optimistic," kata Batara saat wawancara ekslusif dengan TrenAsia.com, Kamis, 8 Desember 2022.
Industri
JAKARTA - CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi berpandangan tahun 2023 adalah tahun yang menantang (challenging). Hal ini mengingat Indonesia tidak terlepas dari perekonomian global di saat beberapa negara maju seperti AS, China dan Uni Eropa diperkirakan akan mengalami resesi.
Menurutnya, Indonesia bukanlah negara yang tertutup dari dinamika perekonomian global. Apa yang terjadi di AS, bisa berdampak ke Uni Eropa, China dan bahkan Indonesia sendiri. Beruntungnya perekonomian Indonesia masih terbilang moncer. Terutama dari sisi kinerja neraca perdagangan yang masih mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut.
Beberapa komoditas seperti perkebunan dan pertambangan terus menunjukan kinerja berkelanjutan yang diharapkan terus berlanjut di 2023. Dari sisi defisit fiskal juga diprediksi akan kembali ke posisi awal, di bawah 3% PDB. Bahkan Citi Indonesia meramal, dalam waktu dekat Indonesia akan mendapatkan upgrade rating, sekitar tahun 2024 mendatang.
- Butuh Investasi Pabrik Baru US$2 Miliar, IPO Pupuk Kaltim (PKT) Maksimal Semester I -2023
- Hati-Hati! 5 Hal Ini Tidak Perlu Dibeli saat Resesi
- Masuk Desember 2022, Progres Kereta Cepat Jakarta-Bandung Capai 91,7 Persen
“Kita itu kan tidak hidup di isolated island, we are interconnected. Tapi kita lihat Indonesia ini ada luar biasanya. So we are remain cautiously optimistic," kata Batara saat wawancara ekslusif dengan TrenAsia.com, Kamis, 8 Desember 2022.
Ditambahkan, dari sisi FDI sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih terjaga. Baik investor sektor teknologi, pertambangan, komoditas, manufaktur, Indonesia masih menjadi buruan investor asing.
Citi Indonesia sendiri memiliki sekitar 600 klien multinational business yang sudah sangat mengenal Indonesia dan sangat menghargai Indonesia. Baik dari Asia termasuk Toyota, Hyundai dan Samsung, Uni Eropa termasuk Unilever, P&G, dan BP, maupun AS seperti Coca Cola, Pepsi dan GE.
“Indonesia is very blessed country, kita gak perlu cerita banyak-banyak tentang Indonesia, luar biasa potensinya," tambah Batari.
Menurut Batari, potensi investasi di Indonesia begitu banyak. Belakangan, marak investasi di sektor baterai kendaraan listrik dan juga digitalisasi di Indonesia. Termasuk juga investor besar dari AS, Uni Eropa dan Asia yang bertaruh di berbagai unicorn Indonesia.
Sementara jika menilik prospek bisnis institutional banking yang menjadi fokus Citi Indonesia, Batara melihat perekonomian saat ini sudah banyak yang menguat kembali (opening up). Menurutnya, banyak perusahaan yang sudah pulih mengikuti pola huruf V, yakni sempat turun saat COVID-19 namun cepat pulih.
Ada juga yang perlu waktu pulih sedikit lebih lama mengikuti pola hurup U. Ada pula perusahaan seperti UMKM, padat karya, TPT, alas kaki, pangan yang pemulihannya mengikuti pola hurup L dan kemungkinan baru akan pulih kembali di 2024. Oleh karena itu, OJK memperpanjang relaksasi kredit restrukturisasi 1 tahun lagi sampai Maret 2024.