Industri

Batasi Impor, Erick Dorong Bio Farma Cetak Vaksin COVID-19 Sendiri

  • Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah terus mendorong agar induk Holding BUMN Kesehatan, PT Bio Farma (Persero) memproduksi vaksin sendiri.
Industri
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah terus mendorong agar induk Holding BUMN Kesehatan, PT Bio Farma (Persero) bisa memproduksi vaksin sendiri agar tidak lagi bergantung pada impor.

Dia menyebut, pembatasan impor vaksin merupakan upaya intervensi pemerintah untuk memaksimalkan bahan baku dalam negeri dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang terus bersaing.

"Nggak mungkin juga epidemi ini kita pastinya impor terus ke depan. Lagi berusaha dengan yang namanya vaksin BUMN, doain aja. Karena nggak mungkin kita pakai vaksin asing terus," katanya dalam Orasi Ilmiah Globalization and Digitalization: Strategi BUMN Pasca Pandemi di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, dikutip dari YouTube Harian Surya, Selasa, 30 November 2021.

Erick menambahkan bahwa sejak awal Bio Farma ditunjuk pemerintah untuk memproduksi vaksin Sinovac yang merupakan buatan China.

Hingga Juli 2021, produsen obat-obatan berbasis Bandung, Jawa Barat ini telah memproduksi 90,1 juta dosis vaksin. Bio Farma menjadi satu-satunya perusahaan pelat merah andalan pemerintah dalam upaya mengendalikan pandemi COVID-19 dengan menyediakan vaksin Sinovac.

Selain vaksin, Bio Farma juga memproduksi alat tes antigen dan RT-PCR yang telah didistribusikan kepada masyarakat melalui anak usaha dan sejumlah rumah sakit.

"Karena itu, setelah penggabungan grup kesehatan BUMN ada Indofarma, Kimia Farma, Biofarma dan grup rumah sakitnya, kita reposisi ulang. Indofarma ke herbal, Kimia Farma ke obat kimia, yang namanya Biofarma tetap fokus divaksin karena kita sedang melawan terus-menerus melawan epidemi," terang Erick.

Perlu diketahui, Holding BUMN Farmasi beranggotakan PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) dengan induknya adalah Bio Farma.

Penggabungan ketiga perusahaan pelat merah ini menjadikannya perusahaan farmasi terbesar di Indonesia,dengan 13 pabrik, 78 jaringan distribusi, dan 1.300 jaringan apotek serta 560 laboratorium klinik.

Selain Bio Farma, Erick mengatakan akan terus mendorong Indofarma agar fokus mengembangkan obat hebal dengan bahan baku dalam negeri yang begitu banyak.

"Kalau tidak ada offtaker atau perusahaan yang tadi fokus ke herbal industri juga industri ini tidak akan tumbuh," ungkapnya.