Batu Bara Moncer, Bukit Asam (PTBA) Raup Pendapatan Rp30 Triliun
- Di tengah tekanan harga, PTBA menunjukkan ketahanan operasional melalui efisiensi dan optimalisasi di berbagai lini.
Bursa Saham
JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil menjaga kinerja positif di triwulan III-2024, meskipun menghadapi tantangan signifikan dalam bentuk penurunan harga batu bara global dan fluktuasi pasar.
Sebagai anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, perusahaan ini mencatat laba bersih sebesar Rp3,23 triliun, yang menurun sekitar 14,5% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp3,7 trilin.
Kendati begitu, emiten bersandikan PTBA juga berhasill mencatatkan peningkatan pendapatan 11% secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp30,66 triliun. Selain itu, hingga akhir September 2024, PTBA juga berhasil mempertahankan total aset sebesar Rp40,15 triliun.
- Kasus Hakim Zarof Simpan Uang Suap Rp1 T Dinilai Jadi Warning Pentingnya RUU Pembatasan Uang Kartal
- Prospek dan Kinerja DAAZ yang Mau IPO, Siap Ekspansi Bisnis Tambang Terintegrasi
- Kontradiksi Penanganan Judi Online, Mau Dipajaki Atau Dihabisi?
Strategi dan Pencapaian Operasional
Di tengah tekanan harga, PTBA menunjukkan ketahanan operasional melalui efisiensi dan optimalisasi di berbagai lini. Penjualan batu bara mencapai 31,28 juta ton, naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal tersebut berkontribusi signifikan dari ekspor yang meningkat 27% menjadi 14,29 juta ton. Realisasi Domestic Market Obligation (DMO) juga tumbuh 8% mencapai 16,98 juta ton, dibandingkan dengan 15,76 juta ton pada triwulan III-2023.
Produksi batu bara PTBA hingga September 2024 mencapai 32,97 juta ton, tumbuh 3% secara tahunan, sementara volume pengangkutan dengan kereta api tercatat 26,42 juta ton, naik 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tantangan Harga dan Efisiensi Biaya
Asal tahu saja, harga batu bara global yang menurun cukup signifikan menjadi tantangan utama PTBA. Indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi 14% dari US$86,32 per ton pada triwulan III-2023 menjadi US$74,59 per ton hingga triwulan III-2024, sementara indeks harga batu bara Newcastle turun 28% menjadi US$133,89 per ton, dari US$185,45 per ton pada periode yang sama tahun lalu.
Menghadapi penurunan ini, PTBA berfokus pada strategi cost leadership untuk mempertahankan daya saing. Dengan menerapkan efisiensi berkelanjutan, perusahaan berhasil menurunkan cash cost per ton dari Rp853 ribu menjadi Rp835 ribu secara tahunan.
Sekretaris Perusahaan PTBA, Niko Chandra, menyampaikan bahwa kinerja operasional yang solid serta disiplin dalam efisiensi biaya telah menjadi kunci bagi PTBA dalam menjaga profitabilitas di tengah tekanan harga dan dinamika pasar global.
Dari lantai bursa, saham PTBA, pada perdagangan berjalan, Rabu, 30 Oktober 2024, terpantau mengalami penguatan 0,70% ke level Rp2.870 per saham. Kenaikan menandakan optimisme pasar akan kinerja perusahaan di masa depan.