<p>Batu Bara</p>
Nasional

Batu Bara Mulai Merangkak Lagi? Begini Pergerakannya Sepanjang Kuartal I-2022

  • Harga komoditas emas hitam mulai kembali merangkak naik seiring ditetapkanya sanksi embargo oleh Uni Eropa (UE) kepada Rusia per Agustus 2022 mendatang. Sepanjang kuartal I tahun 2022, harga komoditas emas hitam tersebut terus terkerek naik melanjutkan reli kenaikan pada tren pergerakan harga di tahun sebelumnya.
Nasional
Muhammad Farhan Syah

Muhammad Farhan Syah

Author

JAKARTA - Harga komoditas emas hitam mulai kembali merangkak naik seiring ditetapkanya sanksi embargo oleh Uni Eropa (UE) kepada Rusia per Agustus 2022 mendatang.

Pada perdaganganya hari ini di pasar berjangka ICE Newcastle, harga batu bara telah mengalami kenaikan sebesar 3,85% atau naik US$11,9 menjadi US$321 atau setara Rp3,4 juta per ton (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS) dikutip Rabu, 20 April 2022 pukul 11:10 WIB.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Energy Watch memproyeksikan bahwa harga batu bara akan tetap tinggi seiring dengan diberlakukannya sanksi embargo batu bara Rusia oleh UE dan sejumlah negara lainnya seperti Jepang dan Amerika Serakat.

"Hal ini (embargo batu bara Rusia) membuat menipisnya pasokan ditengah meningkatnya permintaan secara global," terang Mamit kepada TrenAsia.com Rabu, 20 April 2022.

Adapun mamit menerangkan bahwa hasil produksi batu bara yang berasal dari negara Australia, Afrika Selatan, Brasil serta negara pengekspor batu bara lainnya termasuk Indonesia masih belum cukup untuk menutupi kekurangan pasokan batu bara yang dihasilkan oleh Rusia.

Sepanjang kuartal I tahun 2022, harga komoditas emas hitam tersebut terus terkerek naik melanjutkan reli pada tren pergerakan harga di tahun sebelumnya. Tercatat, hingga kini harga batu bara dunia di pasar berjangka ICE Newcastle telah mengalami lonjakan kenaikan hingga sebesar 103,81%, atau naik sebesar US$164 per ton secara year-to-date/ytd.

Harga batu bara bahkan sempat mencapai level tertingginya sepanjang masa di kuartal pertama tahun ini dengan mencapai level US$435 per ton pada awal bulan Maret 2022. Namun setelahnya, harga batu bara justru terus berangsur turun hingga menyentuh level US$258 per ton atau Rp2,73 juta di akhir Maret 2022.

Menanggapi tingginya harga batu bara di tahun 2022 ini, Mamit memiliki proyeksi bahwa harga komoditas tersebut akan cenderung tinggi hingga akhir tahun 2022 nanti. 

Meski begitu,  potensi untuk mendekati kembali di area level tertinggi US$400an atau kisaran Rp4,3 jutaan per ton tidak mudah untuk dapat terjadi kembali.

"Harga batu bara akan tetap tinggi, namun untuk menyentuh level US$400 sepertinya cukup berat. Hal ini pasti akan mendorong negara seperti China agar meningkatkan produksi dalam negeri mereka untuk mengurangi tekanan harga batu bara jika kembali berpotensi menyentuh level US$400," ungkap Mamit saat dihubungi TrenAsia.com.

Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada komoditas tersebut menimbulkan sejumlah dampak bagi Indonesia. Meski begitu dampak yang terjadi pun dinilai positif mengingat status Indonesia yang saat ini sebagai negara ekportir untuk komoditas emas hitam tersebut.

"Efekya pasti PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) kita akan makin besar sesuai dengan PP (Peraturan Pemerintah) yang baru saja diterbitkan. Selain itu, meningkatnya harga batu bara akan menambah semangat produsen dalam negeri untuk meningkatkan produksi mereka secara optimal, mereka juga bisa meningkatkan ekspor mereka jika produksi mereka naik dan kewajiban DMO (Domestic Market Obligation) terpenuhi," terang Mamit.

Adapun menanggapi rencana pemerintah untuk menaikan tarif listrik, Mamit berpendapat bahwa hal itu tidak akan terjadi khususnya dalam waktu dekat ini. Karena kenaikan harga batu bara yang terjadi di pasar internasional saat ini justru menjadi buah manis bagi negara pengkspor komoditas tersebut termasuk Indonesia.

"Terkait tarif listrik saya kira tetap aman karena pemerintah menerapakan DMO 70$ per MT (metrik ton) untuk batu bara bagi pembangkit PLN maupun IPP (Independent Power Producer)," jelas Mamit.