Bauran EBT Belum Maksimal, Ini Strategi Menteri ESDM
- Saat ini bauran listrik dari energi terbarukan baru 60% dari target, padahal waktu hanya bersisa 2 tahun lagi dari target yang ada
Energi
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tidak menampik bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 masih jauh diperoleh.
Arifin menyebut, saat ini bauran listrik dari energi terbarukan baru 60% dari target, padahal waktu hanya bersisa 2 tahun lagi dari target yang ada. Maka pemerintah sedang menggenjot pembuatan rumusan peraturan untuk membangun jaringan transmisi untuk melancarkan akses pada energi terbarukan.
"Kepastian regulasi dan demand listrik juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangannya selama ini,"kata Arifin dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Hotel St. Regis, Jakarta, Jumat 22 Desember 2023.
- Kontrak LNG Dengan Gunvor, Analis Ini Yakin PGN Dapat Penuhi Pasokan
- Shanghai Alami Cuaca Dingin Terburuk dalam 40 Tahun Terakhir
- Daftar 8 Proyek di IKN yang Dibangun Jelang Pergantian Tahun
Selain itu kendala pandemi COVID-19 juga menjadi rintangan yang harus dihadapi pemerntah dalam merealisasikan mengejaur bauran EBT. Menteri ESDM ini menjelaskan jika, demand listrik dari energi terbarukan bisa meningkat, maka bisa menarik investasi baru sehingga penerapannya dapat lebih masif.
Menteri ESDM ini menjelaskan jika, demand listrik dari energi terbarukan bisa meningkat, maka bisa menarik investasi baru sehingga penerapannya dapat lebih masif.
Arifin menyebut, telah ditemukan beberapa discovery baru yang pemerintah sedang percepat produksinya. Untuk itu transmisi perlu dibangun. Transmisi listrik dan transmisi gas.
Sementara mendorong proyek-proyek pembangkit dari energi baru terbarukan yang sudah ada, diperlukan perbaikan dan efisiensi. Industri pendukung juga perlu terus disiapkan sehingga makin mudah menjangkau investor untuk masuk ke dalam negeri.
Menurutnya jika kapasitas industri tidak memadai maka skala ekonomi sulit di capai. Sehingga secara pararel membangunan infrastruktur berbasis EBT dan menarik investasi harus sejalan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyampaikan harga listrik dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sudah hampir mendekati harga listrik berbasis fosil.
Dadan mengatakan perkembangan tersebut membuat keseimbangan persaingan usaha antara EBT dengan energi fosil. Oleh karenanya, pemerintah memiliki alasan kuat untuk menjadikan EBT sebagai sumber energi.
"Secara keekonomian, PLTB Sidrap dan PLTB Jeneponto di 2016, kontrak listriknya yang ditandatangan dan disetujui oleh Menteri ESDM, harganya itu 10,9 sen dolar Amerika per kWh. Sekarang, sudah ada kontrak baru PLTB di Kalimantan Selatan awal tahun 2023 ini, kapasitasnya sama kira-kira 75 megawatt (MW)," ujar Dadan dalam keterangan resmi yang diterima pada Minggu, 17 Desember 2023 di Jakarta.