Daftar PLTU Terbesar Dunia
Energi

Bayan Resources Resmi Caplok PLTU Kariangau Power di Balikpapan

  • PT KP merupakan milik Low Tuck Kwong, SLM Holding Pte Ltd (SLM), dan Gallant Power Pte Ltd (Gallant)

Energi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Perusahaan batu bara, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) bersama anak usahanya, PT Bayan Energi (PT BE) mengumumkan telah resmi mengakuisisi 100% saham PT Kariangau Power (PT KP), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Transaksi ini tergolong terafiliasi karena kesamaan pemegang saham. Sebab, PT KP merupakan milik Low Tuck Kwong, SLM Holding Pte Ltd (SLM), dan Gallant Power Pte Ltd (Gallant). 

Sebelumnya, perjanjian jual beli 461.943 saham PT KP senilai Rp461,94 miliar telah diteken pada (26/6). Total saham itu dibeli secara tunai senilai Rp176,08 miliar. 

BYAN membeli 33.750 saham bernominal Rp33,75 miliar milik Low Tuck Kwong seharga Rp12,86 miliar, sebanyak 282.299 saham milik SLM seharga Rp107,60 miliar, dan 30.408 saham milik Gallant seharga Rp11,59 miliar. Sementara itu, PT BE membeli 115.486 saham milik SLM seharga Rp44,02 miliar.

Setelah diakuisisi, komposisi pemegang saham PT KP menjadi 75% milik BYAN dan 25% miliki PT BE per 30 November 2023.

“Bersama ini kami sampaikan bahwa pengambilalihan PT KP telah selesai dilaksanakan,” tulis manajemen Bayan Resources, Senin 4 Desember 2023.

Dengan akusisi PT KP, Bayan Resources mengatakan, secara konsolidasian dapat menghemat biaya pembelian listrik sekitar Rp1.240 per kWH yaitu (Rp2.500 – Rp1.260). Penghematan tersebut setara dengan Rp3,10 miliar per bulan untuk tahun 2023 atau sekitar US$2,5 juta per tahun.

Proyeksinya, penghematan akan meningkat jadi Rp4,5 miliar per bulan atau US$3,6 juta per tahun ketika perluasan tahap 5 Balikpapan Coal Terminal selesai pada 2024.

“Penghematan ini akan terus berlanjut sejalan dengan jangka waktu izin pembangkit listrik yang dimilik PT KP.”

Kinerja Bayan Resources

Sepanjang periode Januari- September 2023, membukukan laba bersih sebesar US$910,5 juta atau Rp14,77 triliun (kurs Rp15.526 per dolar AS) pada periode Januari – September 2023.

Laba bersih tersebut amblas sedalam 44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$1,53 miliar. Usut punya usut, penurunan laba bersih tersebut dipicu oleh turunnya pendapatan sebesar 17,65% menjadi US$2,75 miliar dari periode tahun lalu US$3,34 miliar.

Dilihat dari kontributornya, segmen batu bara masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar yakni US$2,62 miliar. Sementara segmen non batu bara menghasilkan US$5,82 juta hingga akhir September 2023.