Suasana pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang Selatan. Kamis 11 November 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Bayang-bayang Saham ASII dan AUTO di Tengah Tantangan Sektor Otomotif di 2025

  • PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), dua emiten yang beroperasi di sektor otomotif, menghadapi tantangan besar menjelang 2025, terutama terkait kebijakan kenaikan pajak yang berpotensi memperlambat pemulihan penjualan kendaraan.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), dua emiten yang beroperasi di sektor otomotif, menghadapi tantangan besar menjelang 2025, terutama terkait kebijakan kenaikan pajak yang berpotensi memperlambat pemulihan penjualan kendaraan.

RHB Sekuritas, dalam risetnya, menyatakan bahwa kenaikan cukai opsen dan peningkatan PPN dapat mendorong harga kendaraan naik. Sementara itu, daya beli masyarakat yang masih lemah semakin memperburuk tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif.

Meskipun volume penjualan kendaraan roda empat (4W) dan roda dua (2W) pada Januari-November 2024 sesuai dengan ekspektasi, namun, perusahaan efek tersebut memandang bahwa prospek jangka pendek sektor ini terlihat lebih suram.

“Pada November 2024, Gaikindo melaporkan penurunan penjualan kendaraan roda empat secara grosir (wholesale) sebanyak 74,3 ribu unit, turun 3,6% month-on-month (mom) dan 11,9% year-on-year (yoy),” jelas riset yang dikutip pada Jumat, 13 Desember 2024.

Dengan demikian, total penjualan kendaraan roda empat selama Januari-November 2024 tercatat sebanyak 784,7 ribu unit, turun 14,7% yoy. Meski demikian, pencapaian ini masih memenuhi 92% dari target yang ditetapkan RHB Sekuritas untuk tahun ini.

Di sisi lain, penjualan kendaraan roda dua juga mengalami penurunan signifikan pada November 2024, dengan penurunan 5,8% mom dan 10,3% yoy. Volume penjualan motor pada bulan tersebut tercatat 512,9 ribu unit. Total penjualan sepanjang Januari-November 2024 tercatat sebanyak 5,9 juta unit, tumbuh 2,1% yoy, dan mencapai 93% dari target yang ditetapkan RHB Sekuritas.

Namun, sektor ini diperkirakan akan menghadapi penurunan lebih lanjut menjelang akhir tahun. Faktor musiman, kurangnya insentif dari pemerintah, dan daya beli yang terbatas menjadi hambatan utama yang menghalangi laju penjualan otomotif.

Tantangan dan Target Saham

Tantangan utama yang dihadapi industri otomotif pada 2025 adalah kebijakan kenaikan pajak. Pemerintah berencana menerapkan pajak opsen baru yang dapat menambah 66% dari pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). 

Selain itu, kata RHB Sekuritas, PPN yang akan naik menjadi 12% pada 2025, dari 11% tahun ini, diperkirakan akan mendorong harga kendaraan lebih tinggi. Hal ini berpotensi mengurangi daya beli masyarakat.

Meskipun sebelumnya Gaikindo mengharapkan pemulihan volume penjualan otomotif pada 2025 dengan proyeksi penjualan mobil mencapai 900 ribu unit, proyeksi tersebut berpotensi berubah akibat kenaikan pajak dan lemahnya daya beli. 

RHB Sekuritas memperkirakan bahwa pemulihan penjualan otomotif pada 2025 akan lebih sulit tercapai, bahkan dengan proyeksi pertumbuhan penjualan yang melambat. Namun, ada sedikit harapan bagi sektor ini. Kementerian Perindustrian baru-baru ini mengusulkan insentif pajak baru yang dapat menguntungkan sektor kendaraan listrik dan hybrid. 

Meskipun rincian insentif belum diumumkan, usulan ini memberi harapan bahwa pemerintah mungkin akan mengambil langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhan kendaraan berbasis energi baru (NEV).

Dengan berbagai tantangan yang ada, RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral terhadap sektor otomotif. Namun, mereka lebih merekomendasikan saham AUTO, yang diperkirakan akan mendapat manfaat dari permintaan suku cadang dan layanan purna jual. 

Saham AUTO pun ditarget mampu menembus level  harga Rp2.800 per saham, dengan potensi kenaikan sebesar 19,1% dari harga saat ini di angka Rp2.350 per saham. 

Sementara itu, RHB Sekuritas juga mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ASII, dengan target harga Rp6.300 per saham, yang memberikan potensi keuntungan 23,5% dari harga saham saat ini yang berada di level Rp5.100 per saham.